The Rambu Solo' ceremony is an Aluk that has been inherited by the Toraja people. The Ma'pasonglo' ritual is a known stage in the Rambu Solo' ceremony, which involves the transfer/transportation of the corpse from the tongkonan house to the rante for the ceremony and is related to the social stratification of Rapasan. Many people lack a proper understanding of the meaning behind this ritual. Therefore, this research aims to understand the meaning of respect in the Ma'pasonglo' tradition, in accordance with the Christian faith. This research uses a qualitative method and is located in the Betlehem Parappo congregation, Malimbong Classis. The informants in this research include traditional leaders, religious leaders, and the community. Data collection was carried out by observing the ritual process, conducting interviews, and documentation. The results of the research show that each family in the Ma'pasonglo' ritual maintains their sense of togetherness as a single family unit. The theological meaning behind it is how we show love, repay kindness, and respect our ancestors by seasoning the corpse and burying it in an appropriate place. The ceremony for the deceased is not a wrong thing, but rather a manifestation of our love and affection towards our family. Upacara Rambu Solo’ merupakan sebuah aluk yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja. Dalam upacara Rambu Solo’ dikenal adanya tahapan ritual Ma’pasonglo’. Ma’pasonglo’ adalah proses pemindahan/pengarak-arakan jenazah dari rumah tongkonan ke rante untuk pelaksanaan upacara yang hal ini berhubungan dengan tingkatan Rapasan melalui stratifikasi sosial. Mengenai hal tersebut, banyak orang yang kurang memiliki pemahaman betul akan makna yang terkandung dari ritual itu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna penghormatan dalam tradisi Ma’pasonglo’, sesuai dengan pemahaman iman Kristen.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Jemaat Betlehem Parappo, Klasis Malimbong. Penelitian ini menggunakan informan, yakni tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan terjun ke lapangan dalam mengamati proses ritual, wawancara dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setiap keluarga dalam ritual Ma’pasonglo’ mempertahankan rasa kebersamaan mereka sebagai satu rumpun keluarga. Makna teologis yang terkandung di dalamnya yaitu bagaimana kita mengasihi, membalas kebaikan, menghormati para leluhur dengan merempah- rempahi mayat dan menguburkannya di tempat yang layak dan upacara bagi orang yang meninggal bukanlah sebuah hal yang salah tetapi sebagai wujud cinta kasih kita kepada keluarga.
Copyrights © 2022