Sebagai sebuah teks yang terbuka, Alquran tidak bisa berbicara sendiri, tanpa ada yang membaca. Pembacaan atas teks Alquran akan memunculkan aneka ragam penafsiran atasnya. Pada masa Nabi Muhammad saw, penafsiran ayat-ayat Alqur’an menjadi otoritas beliau. Tidak ada yang menolak maupun membantah kebenaran penafsiran Nabi, namun dalam konteks saat ini, dimana semua umat Islam boleh memberikan tafsir atas ayat-ayat itu, maka tidak ada lagi klaim otoritatif atas kebenaran tafsir mereka. Hal ini menunjukkan bahwa; Pertama, Islam dalam praktek keberagamaannya senantiasa plural, majmuk, tidak tunggal. Penunggalan atas praktek beragama ini, justru akan mempersempit ajaran Islam itu sendiri yang universal dan rahmatan lil-‘alamin; dan Kedua, bahwa Islam adalah agama universal dan tidak bersifat ekslusif. Inklusifisme Islam adalah bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui keperayaan kepada Tuhan yang Esa, hari Akhir, dan amal shaleh (konstruktif).
Copyrights © 2023