IDEA: Jurnal Seni Pertunjukan
Vol 17, No 1 (2023): Vol 17, No 1 (2023)

Penggunaan Teknik Miking XY Pada Sesi Perekaman Lagu Aduhai Indonesia Untuk NabilaRahmat Gitar Duo di Fisella

Salma G Kharoris (Unknown)
Kustap Kustap (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)
Eki Satria (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)



Article Info

Publish Date
02 Mar 2023

Abstract

AbstrakSetiap manusia memiliki kedua telinga yang berfungsi untuk mendeteksi sumber suara dan mendengar seluruh isi suara didunia dalam stereo, setiap suara yang terdengar dari satu sisi (kiri atau kanan) akan lebih dulu sampai ke telinga yang lebih dekat. Perekaman audio stereo bertujuan untuk menghasilkan ilusi pemetaan suara dari sebuah lagu dengan menciptakan perbedaan wakt, volume, dan penempatan (panning) untuk pendengar yang menggunakan sepasang speaker stereo dan headphone. Terdapat banyak teknik miking yang dapat digunakan untuk perekaman audio stereo. Perekaman audio stereo menggunakan teknik miking XY dengan mikrofon small-diaphragm condensers merupakan salah satu teknik miking yang paling umum digunakan dalam perekaman gitar akustik. Penggunaan teknik ini dilakukan dengan menempatkan kapsul atau sudut pada mikrofon sedekat mungkin antara satu sama lain sehingga membentuk sudut 90 derajat. Namun, dikarenakan terbatasnya peralatan perekaman audio yang digunakan pada sesi perekaman ini, mikrofon yang digunakan untuk perekaman audio stereo dengan teknik miking XY akan menggunakan mikrofon tipe large-diaphragm condensers. Dengan menggunakan dua mikrofon kondensor yang dipasangkan sejajar dengan jarak 1 meter menyerupai spaced pair namun tetap disilangkan menghadap masing-masing player dengan jarak 1 meter. Hasil dari perekaman menggunakan teknik miking ini akan menghasilkan penyebaran stereo yang luas, namun seakan terdapat celah pada sisi tengah yang membuat hasil audio tidak telalu padat. Selain itu audio yang dihasilkan dari perekaman menggunakan teknik miking ini akan membentuk suasana terbuka “breath”. Masalah lain yang terkadang mengganggu adalah out of phase yang akan menghasilkan kualitas audio yang terdengar lemah.Kata kunci: Mixing, Strategi mixing, Prosedur mixing, Rap mixing.AbstractAudio mixing is the third step in the music production process after carrying out the initial production process, recording and editing. Mixing aims to combine and balance two or more audio tracks, both in terms of instruments or non-instruments, so the sound character of audio tracks has more aesthetic value. The mixing material in this study uses the Daddy’s Fav Boy song by Muhammad Al Ghifari. The mixing process described by Bobby Owsinski uses a sequence starting from balance, frequency range, panorama, dimension, dynamic, and interest. From the mixing process applied by Bobby Owsinski, it will be reviewed to be adapted to the song Daddy’s Fav Boy. This study will use a qualitative descriptive method with a  musicological analysis approach. The mixing process that applied  by Saga Audio to the Daddy’s Fav Boy was processed using the order of volume balancing, panning, tonal balancing, dynamic processing, and time based processing. The order of the vocal mixing process on the Daddy’s Fav Boy was chosen based on consideration of the sound output description which has the form of hip-hop music. Vocals in hip-hop music use solid, fast, and tight sentence techniques with a firm demeanor called rap. The consequence of processing rap vocal techniques without applying cuts to breath noise sounds will interfere with every sentence spoken  by the vocalist. Audio vocal that sounds clear of course supported by clear audio brightness level as well, Saga Audio uses a frequency boost technique and uses a compressor with a bright sound character to get the intended result.Keywords: Mixing, Mixing Strategy, Mixing Procedure, Rap mixing.

Copyrights © 2023






Journal Info

Abbrev

IDEA

Publisher

Subject

Arts Humanities Education Other

Description

IDEA draws its contributions from academics and practitioner-researchers at the interface of the performing arts. It acts as a forum for critical study, innovative practice, and creative pedagogy, addressing themes that may be domain-specific (e.g., dance, music, theatre, puppets, karawitan, ...