Kestabilan pada lereng batuan berhubungan dengan tingkat pelapukan dan struktur geologi yang ada pada massa batuan tersebut, seperti sesar, kekar, lipatan, dan bidang perlapisan. Struktur tersebut selain lipatan disebut dengan bidang lemah. Disamping struktur geologi, kehadiran air dan sifat fisik-mekanik batuan juga mempengaruhi kestabilan lereng. Analisis kestabilan lereng yang digunakan yaitu metode Rock Mass Rating (RMR) dilanjutkan dengan metode Slope Mass Rating (SMR). Metode Rock Mass Rating (RMR) menggunakan lima parameter serta sifat fisik dan sifat mekanik batuan berupa berat jenis batuan dan kuat tekan batuan. Lima parameter tersebut yaitu Kuat Tekan Batuan, Rock Quality Designation (RQD), jarak kekar, kondisi kekar, dan kondisi airtanah daerah penelitian. Slope Mass Rating (SMR) diperoleh dengan menjumlahkan faktor penyesuaian yang bergantung pada orientasi bidang diskontinuitas dan metode penggalian. Dari analisis yang dilakukan pada lereng di lokasi penelitian, didapatkan nilai parameter metode Rock Mass Rating (RMR) yaitu kuat tekan batuan = 81,37 MPa, RQD = 99,72%, jarak kekar = 1,28 meter, kodisi kekar = panjang diskontinuitas 28 - >500 cm, terbuka 0 – 10 mm, agak kasar, isian kasar (lempung), sedikit lapuk. Kondisi Airtanah daerah tersebut termasuk kedalam kondisi kering. Untuk nilai SMR yang didapatkan ada tiga dikarenakan ada tiga potensi longsoran yang terdapat pada daerah penelitian. SMR pada longsoran bidang = 50,2 (kelas SMR nomor III), SMR pada longsoran baji = 43 (kelas SMR nomor III), SMR pada longsoran guling = 49,5 (kelas SMR nomor III). Hal ini menyatakan bahwa lereng dalam keadaan tidak menentu. Perlu dilakukan perubahan pada geometri lereng agar lereng dalam keadaan stabil.
Copyrights © 2019