Pandemi COVID-19 telah menimbulkan tantangan global yang signifikan sejak munculnya virus SARS-CoV-2 pada tahun 2020. Pengendalian penyakit ini menjadi prioritas kesehatan utama mengingat dampaknya yang luas. Indonesia juga terpengaruh dengan laporan kasus pertama COVID-19 pada Maret 2020, membutuhkan perhatian serius dalam penanganannya. Salah satu komorbiditas yang sering terjadi pada pasien COVID-19 adalah penyakit ginjal kronis (CKD), yang meningkatkan risiko komplikasi medis. Pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan obat antivirus pada pasien CKD yang terinfeksi COVID-19 menjadi penting, mengingat potensi toksisitas obat dan interaksi yang mungkin terjadi. Meskipun obat antivirus seperti favipiravir dan remdesivir telah menjadi strategi penting dalam penanganan COVID-19, perhatian khusus diperlukan saat memberikannya kepada pasien CKD karena risiko akumulasi dan toksisitas yang lebih tinggi. Studi potong lintang yang dilakukan di RSUD Dr. Soedomo Trenggalek bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antivirus pada pasien COVID-19 dengan CKD. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas pasien menerima favipiravir (64%) dibandingkan dengan remdesivir (36%). Namun, penggunaannya perlu disesuaikan dengan fungsi ginjal pasien untuk menghindari toksisitas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami perbandingan efektivitas antara kedua jenis obat antivirus ini pada pasien CKD, sehingga dapat memberikan pedoman pengobatan yang lebih tepat bagi populasi pasien yang rentan ini
Copyrights © 2024