This research was conducted as an effort to measure and improve students' understanding and skills in Islamic Religious Education (PAI) through formative assessment practices. In the context of the Independent Curriculum, formative assessment is considered crucial because it provides a realistic picture of student learning progress, enabling more effective and focused learning. The Independent Curriculum itself was designed to address the challenges of the 5.0 era, which demands that the younger generation excel not only academically but also possess creativity, social skills, and good character. This research employed qualitative methods with direct data collection in the field, specifically at MI Tempursari. The formative assessment process employed the Index Card Match method and Focus Group Discussions (FGDs) as the primary instruments. The assessment focused on three aspects: knowledge, activeness, and social skills, with the main learning topic being the reasons for the Prophet Muhammad's migration (migration). The study subjects consisted of six fourth-grade students at MI Tempursari, selected as a sample. The data analysis results indicate that the implementation of formative assessment in Islamic Religious Education (PAI) learning based on the Independent Curriculum at MI Tempursari has been successful. Teachers successfully integrated a variety of evaluation instruments, enabling students not only to cognitively understand the material but also to demonstrate positive development in terms of learning engagement and social attitudes. Thus, this study confirms that formative assessment can be a strategic tool for improving the quality of Islamic Religious Education (PAI) learning while simultaneously building an adaptive and meaningful educational ecosystem. Abstrak Penelitian ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengukur sekaligus meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui praktik asesmen formatif. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, asesmen formatif dipandang penting karena mampu memberikan gambaran nyata mengenai perkembangan belajar siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan terarah. Kurikulum Merdeka sendiri disusun untuk menjawab tantangan masyarakat era 5.0 yang menuntut generasi muda agar tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kreativitas, keterampilan sosial, dan karakter yang baik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data langsung di lapangan, tepatnya di MI Tempursari. Proses asesmen formatif dilakukan dengan menerapkan metode Index Card Match dan Focus Group Discussion (FGD) sebagai instrumen utama. Penilaian difokuskan pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, keaktifan, dan sosial, dengan materi pokok pembelajaran mengenai sebab-sebab hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Subjek penelitian terdiri dari enam siswa kelas IV MI Tempursari yang dipilih sebagai sampel. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan penilaian formatif dalam pembelajaran PAI berbasis Kurikulum Merdeka di MI Tempursari telah terlaksana dengan baik. Guru berhasil mengintegrasikan instrumen evaluasi yang variatif sehingga siswa tidak hanya mampu memahami materi secara kognitif, tetapi juga menunjukkan perkembangan positif dalam hal keaktifan belajar serta sikap sosial. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa asesmen formatif dapat menjadi sarana strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran PAI sekaligus membangun ekosistem pendidikan yang adaptif dan bermakna.
Copyrights © 2024