Pesawat Boeing 737-200 di produksi dari tahun 1967-1988, sehingga peralatan navigasi pada era tersebut belum banyak kemanjuan di banding saat ini, sehingga perlu dimodifikasi dengan melakukan penambahan peralatan navigasi yang salah satunya adalah ATC Transponder. Peralatan ATC Transponder terdiri dari 2 komponen utama, yaitu Transceiver (alat pemancar dan penerima sinyal gelombang radio) dan antena. Peralatan transceiver dipasang pada cockpit, sedangkan antena dipasang pada fuselage skin yang berlokasi di body station 427 bagian atas. Untuk menguatkan pemasangan antena, maka diperlukan penambal (doubler). Berdasarkan data SRM Boeing 737-200, geometrinya berukuran panjang 165,1 mm, lebar 266,7 mm dan tebalnya 2 mm. Penambal direkatkan dengan menggunakan paku keling sebanyak 74 dengan diameter 4,76 mm pada fuselage skin. Fuselage skin dimodelkan berupa pelat utama (exixsting skin) dengan ukuran panjang 354,33 mm, lebar 401,4 mm dan tebal 1,8 mm. Material pelat utama dan penambal adalah aluminium T2024-T3, modulus elastisitasnya 72 GPa. Data-data dari material dan SRM Boeing 737-200 dianalisis menggunakan metode elemen hingga dengan software PATRAN NASTRAN. Hasil analisis menunjukan bahwa resultan beban geser maksimum yang terjadi pada paku keling adalah sebesar 675,76 N dan paku keling yang mendapat beban maksimum tersebut posisinya paling jauh dari lubang. Berdasarkan batas nilai kekuatan geser maksimum paku keling dengan diameter 4,76 mm sebesar 4498 N, maka paku keling masih aman digunakan
Copyrights © 2023