Perselisihan dan perceraian merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap menurunnyakualitas generasi muda bangsa di masa yang akan datang. Suasana keluarga yang tidak harmonis tentu akansangat mengganggu kondisi psikologis seluruh anggota keluarga. Mewujudkan keluarga yang sakinahmerupakan impian bagi setiap pasangan yang menikah. Keluarga sakinah merupakan kondisi sebuahkeluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan tuntunan Allah dan Rasul untuk mencapaikebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun dalam proses menjalani kehidupan berumah tangga tentunyabanyak tantangan, rasa suka duka yang harus dihadapi. Karena hidup itu tidak ada yang ideal kecuali bagidia yang bersyukur. Agar sebuah pernikahan dapat menjadi keluarga yang sakinah, kedua calon pengantinharus melakukan persiapan yang cermat dan matang, diantaranya dengan layanan bimbingan dan konselingdengan pendekatan realitas yaitu upaya membantu konseli untuk dapat bertanggung jawab dalammenghadapi kenyataan dengan menggunakan kemampuan konseli untuk memilih perilaku yang efektif bagikehidupannya. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana mewujudkan keluarga sakinah melalui konseling realitas ? (2) Bagaimana konsep syukur perspektif Imam Al-Ghazālī dalam kitab Iḥyā’u ‘ulūmi ad-dīn ? (3) Bagaimana relevansi konseling realitas terhadap konsep syukur perspektif Imam Al-Ghazālī ? Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Dengan menggunakan teknik content analysis dan menggunakan metode kualitatif deskriptif, dari pengumpulan data melalui berbagai sumber literatur dengan dibantu jurnal penelitian terdahulu. Dalam hal ini sebagai bahan analisis utama adalah kitab Iḥyā’u ‘ulūmi ad-dīn. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa :(1) Mewujudkan keluarga sakinah melalui konseling realitas ialah upaya membantu pasangan calon suami istri atau suami istri oleh konselor profesional sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah dengan cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, dengan menggunakan teknik WDEP, yaitu Want, Do, Evaluation, dan Planning. (2) Konsep syukur perspektif Imam Al-Ghazālī yaitu mempergunakan nikmat Allah SWT secara proporsional, meliputi; ilmu (pengetahuan), hal (perasaan), dan amal (tindakan), kemudian tindakan harus total; yaitu dengan hati, lisan, dan anggota badan. (3) Konsep syukur Al-Ghazālī tersebut relevan dengan prinsip konseling realitas yaitu total behavior yang mencakup; acting (bertindak), thinking (berfikir), feeling (merasa), dan physiology (anggota badan).
Copyrights © 2022