Wayang merupakan salah satu kebudayaan tanah Jawa yang meberikan pengaruh besar terhadap Islamisasi masyarakat Nusantara, sebagai media ampuh pagelaran wayang mampu mengikat hati para penonton dengan antusiasme tinggi. Terlebih, sang maestro Dhalang mampu berperan secara atraktif dan sensasional dalam memberi nilai edukasi dan humanis. Penelitian ini termasuk jenis field research dengan metode kualitatif, pendekatan penelitian dengan antropologis yaitu bercorak deskriptif, lokal praktis praktik konkrit/ nyata, keterkaitan domain kehidupan lebih holistik/ utuh, dan komparatif. Analisis data dengan reduksi dan triangulasi data pada konten pertunjukkan wayang didemonstrasikan sang maestro dalang dalam hal ini berkaitan dengan Reduplikasi Dialektika Pagelaran Wayang Kulit di Masyarakat Jawa; Kajian Dakwah Antropologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Jawa menghayati fenomena reduplikasi dalam pertunjukkan wayang kulit sebagai sarana penyampaian ajaran dakwah. Pagelaran wayang kulit di Temanggung saat ini dilakukan dalam kegiatan sadranan dan saparan, sebagai upaya penghayatan batiniah dan rasa syukur kepada pencipta. Nilai-nilai antropologis dalam reduplikasi dialektika pagelaran wayang kulit mencerminkan kejujuran, kepemimpinan yang baik, dan tatanan masyarakat yang seimbang. Wayang kulit dianggap sebagai sarana dakwah yang menyampaikan pesan moral dan pendidikan kepada masyarakat. Faktor pendukung dalam penyampaian nilai-nilai antropologis melibatkan sarana prasarana (sarpras) seperti tata panggung, alat musik tradisional, dan SDM yang berkualitas. Namun, faktor penghambat meliputi perubahan zaman, kurangnya perhatian generasi muda terhadap pagelaran wayang, dan kesulitan dalam memenuhi sarana prasarana hingga biaya yang tinggi dalam pagelaran wayang.
Copyrights © 2024