Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Philantrophy in Education of Religious Tolerance in Kurikulum Merdeka at Elementary School Temanggung District Utomo, Sigit Tri; Ridwan, Muhammad; Amirudin, Yoyok; Nida, Dzikrina Khoirun; Yusuf, Ahmad; Tamama, Muna Badru
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 8, No 1 (2023): Analisa: Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18784/analisa.v8i1.1874

Abstract

The multicultural Indonesian nation consisting of various tribes, languages, ethnicities, cultures, and religions must uphold tolerance education. including the implementation of the "Kurikulum Merdeka" in educational units in schools. Various cases of religious intolerance show a lack of voluntary action through an understanding of the treatment of volunteerism for social purposes through love (philanthropy) in the form of acts of generosity (compassion). This paper discusses the Philanthropy of Religious Tolerance Education in the Implementation of the "Kurikulum Merdeka" at Al-Kautsar Elementary School and Pangudi Utami Elementary School.This research qualitative field research with a data collection approach through observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques in this study are data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study show that philanthropy is always closely related to things that are engaged in charity or are closely related to material elements. This narrow view is currently beginning to erode, especially with the increasing interest of school students in philanthropic activities which are closely related to the behavior of those who do them out of concern. The meaning of philanthropy is expanding and developing. Philanthropic activities are increasingly organized and directed. During modern currents, forms of philanthropy emerge in society, one of which is philanthropy in implementing “Kurikulum Merdeka” with two different schools with students from Pangudi Utami Catholic Elementary School and Al Kautsar Islamic Elementary School.
Reduplikasi Dialektika Pagelaran Wayang Kulit di Masyarakat Jawa; Kajian Dakwah Antropologis Utomo, Sigit Tri; Azizah, Ana Sofiyatul; Nida, Dzikrina Khoirun
Dakwah Vol 10 No 1 (2024): FEBRUARI
Publisher : Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54471/dakwatuna.v10i1.2904

Abstract

Wayang merupakan salah satu kebudayaan tanah Jawa yang meberikan pengaruh besar terhadap Islamisasi masyarakat Nusantara, sebagai media ampuh pagelaran wayang mampu mengikat hati para penonton dengan antusiasme tinggi. Terlebih, sang maestro Dhalang mampu berperan secara atraktif dan sensasional dalam memberi nilai edukasi dan humanis. Penelitian ini termasuk jenis field research dengan metode kualitatif, pendekatan penelitian dengan antropologis yaitu bercorak deskriptif, lokal praktis praktik konkrit/ nyata, keterkaitan domain kehidupan lebih holistik/ utuh, dan komparatif. Analisis data dengan reduksi dan triangulasi data pada konten pertunjukkan wayang didemonstrasikan sang maestro dalang dalam hal ini berkaitan dengan Reduplikasi Dialektika Pagelaran Wayang Kulit di Masyarakat Jawa; Kajian Dakwah Antropologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Jawa menghayati fenomena reduplikasi dalam pertunjukkan wayang kulit sebagai sarana penyampaian ajaran dakwah. Pagelaran wayang kulit di Temanggung saat ini dilakukan dalam kegiatan sadranan dan saparan, sebagai upaya penghayatan batiniah dan rasa syukur kepada pencipta. Nilai-nilai antropologis dalam reduplikasi dialektika pagelaran wayang kulit mencerminkan kejujuran, kepemimpinan yang baik, dan tatanan masyarakat yang seimbang. Wayang kulit dianggap sebagai sarana dakwah yang menyampaikan pesan moral dan pendidikan kepada masyarakat. Faktor pendukung dalam penyampaian nilai-nilai antropologis melibatkan sarana prasarana (sarpras) seperti tata panggung, alat musik tradisional, dan SDM yang berkualitas. Namun, faktor penghambat meliputi perubahan zaman, kurangnya perhatian generasi muda terhadap pagelaran wayang, dan kesulitan dalam memenuhi sarana prasarana hingga biaya yang tinggi dalam pagelaran wayang.