Komunitas Vespa Gembel merupakan sebuah entitas yang memperlihatkan semangat perlawanan terhadap status quo dengan cara yang menarik. Dengan menghias Vespa mereka dengan berbagai barang yang dianggap tak lazim, dari karung goni hingga barang-barang lain yang sering dianggap sebagai "sampah", kelompok ini menegaskan identitasnya dan justru menciptakan stigma negatif dari masyarakat. Stereotip seperti aneh, gila, tidak produktif, bahkan kriminal sering dilekatkan pada mereka, yang memperburuk marginalisasi sosial pada komunitas ini. Dalam konteks ini, Komunitas Vespa Gembel mengembangkan identitas subkultur sebagai bentuk protes terhadap norma yang ada. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas ketertiban sosial, polisi dihadapkan pada masalah sosial yang diproduksi oleh komunitas yang juga menjadi sumber kekhawatiran (fear of crime) dalam masyarakat. Pendekatan yang tepat dari pihak kepolisian dapat mengurangi marginalisasi dan ketidaksetaraan yang dialami komunitas ini. Teori Marginalisasi Sosial, Teori Subkultur, dan Teori Budaya Kelas Bawah menjadi dasar dalam menjawab bagaimana strategi pemolisian dapat mengurangi ketidaksetaraan ini. Respons yang tepat dari kepolisian dapat menurunkan tingkat kejahatan dalam kelompok ini. Termasuk membangun dialog yang efektif dan melihat komunitas ini bukan hanya sebagai potensi pelaku kejahatan, melainkan juga sebagai bagian yang dapat memberi kontribusi positif dalam masyarakat. Langkah konkret seperti menangani masalah spesifikasi kendaraan dan memberikan pelatihan keselamatan berkendara bagi anggota komunitas bisa menjadi solusi proaktif dalam menyelesaikan masalah ini dari akarnya.
Copyrights © 2024