Penggunaan air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi penduduk di Indonesia, dimana air bersih digunakan sebagai air minum, hidrologi, irigasi dan lain sebagainya. Sehingga hal tersebut menjadi penting dalam infrastruktur penyediaan air bersih. Salah satu sumber air berasal dari hujan. Dalam perencanaan pengembangan sumber daya air yang ada, diperlukan data debit lapangan. Data yang tersedia di lapangan antara lain data curah hujan, klimatologi, dan tinggi muka air. Namun karena adanya keterbatasan data, keakuratan data menjadi penyebab kesulitan untuk melakukan analisis model hidrologi. Oleh karena itu dirasa perlu menggunakan data hujan satelit yang dapat menggantikan data hujan permukaan sebagai alternatif untuk pemodelan hidrologi. Dalam kasus ini digunakan data curah hujan yang berasal dari satelit Global Precipitation Measurement (GPM). Dalam pemodelan ini menggunakan model mock dan rainrun. Dari hasil pengujian, diperoleh Koefisien Korelasi (R) memiliki kriteria sangat rendah pada model Mock dan Rainrun. Untuk Koefisien Nash-Sutcliffe (NSE) pada model Mock diperoleh nilai skema 1 = 0,506; skema 2 = 0,555; skema 3 = 0,578; skema 4 = 0,431 sehingga rata-rata merupakan kriteria memenuhi. Untuk Koefisien Nash-Sutcliffe (NSE) pada model Rainrun diperoleh nilai skema 1 = 0,505; skema 2 = 0,582; skema 3 = 0,506; skema 4 = 0,501 sehingga rata-rata merupakan kriteria memenuhi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024