Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi oportunistik yang banyak terjadi pada orang dengan HIV/AIDS, dan menjadi penyebab kematian utama. Pasien TB memerlukan terapi pemberian obat secara bersamaan dengan 4 macam obat Antituberkulosis (OAT), yang bila disertai dengan adanya koinfeksi HIV akan menambah jumlah pengobatan dengan ARV sehingga berisiko menyebabkan kegagalan terapi karena semakin banyak obat yang dikonsumsi dan dalam jangka waktu yang panjang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran terapi dan luaran klinik pada pasien TB koinfeksi HIV di RSUD Abepura Jayapura Papua. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan metode univariat meliputi data karakteristik subjek, gambaran penggunaan obat dan luaran klinik TB. Sampel terdiri dari 32 pasien TB koinfeksi HIV selama periode 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2021 yang baru terdiagnosis TB dan HIV secara bersamaan, mendapat terapi OAT dan belum pernah mendapat terapi ARV sebelumnya. Kelompok pasien TB koinfeksi HIV lebih banyak ditemukan pada kelompok usia muda dan produktif 18-40 tahun (93,75%), laki-laki (68,75%), pasien yang bersekolah pada tingkat menengah atas (68,75%), pasien yang belum menikah (62,50%), tidak bekerja (56,25%), dan banyak terjadi pada suku papua (90,63%). Lokasi anatomi yang paling banyak terjadi pada paru (75%), sediaan OAT yang paling banyak digunakan dalam bentuk kombipak (84,38%), paduan OAT yang banyak digunakan RHZE (93,75%) dengan durasi 6-8 bulan (50%). Tingkat keberhasilan terapi mencapai 62,5% (pasien sembuh 21,88% dan pengobatan lengkap 40,62%), dengan pasien putus pengobatan 37,5%.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024