Abstrak: Banyak produk adat dan kebudayaan lokal terkenal di Kalimantan Timur, selain kekayaan sumber daya alam, salah satunya adalah pabrik kain batik Shaho. Berdasarkan hasil survei, pusat kerajinan batik Shaho sampai saat ini masih menggunakan pewarna kimia sintetis yang bersifat genotoksik, karsinogen dan merupakan polutan berkategori B3. Tujuan dari kegiatan adalah memperkenalkan rancangan alat ekstraktor untuk produksi pewarna alami kain batik dengan bahan baku serbuk kayu khas hutan Kalimantan (Ulin dan Bangkirai) serta memberikan wawasan dan pengetahuan kepada mitra melalui pengenalan teknologi ekstraksi modern untuk pembuatan pewarna alami kain batik. Mitra pada pengabdian ini adalah pemilik usaha batik Shaho yang berlokasi di kelurahan Batu Ampar, jalan LKMD RT. 5, No. 45 Balikpapan. Peserta terdiri dari pekerja mitra Batik shaho sebanyak 10 orang, pemilik usaha batik 2 orang dan masyarakat sekitar sebanyak 8 orang. Dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan kepada 20 peserta menunjukkan bahwa wawasan pekerja pusat kerajinan batik meningkat tentang pembuatan ekstrak pewarna alami dari serbuk kayu dengan alat ekstraktor sebelum demonstrasi dengan indeks capaian sebesar 60 % naik menjadi 90% sesudah demonstrasi. Peserta memberikan respon positif terutama pada inovasi alat ekstraktor dan produk pewarna kain alami. Produk pewarna cair alami dari ekstrak serbuk kayu ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi produk pewarna padat alami dari serbuk kayu yang pemanfaatannya lebih tahan lama serta dari segi pengemasan lebih ekonomis. Abstract: Many traditional and local cultural products are famous in East Kalimantan, in addition to the wealth of natural resources, one of which is the Shaho batik cloth factory. Based on the survey results, the Shaho batik craft center is still using synthetic chemical dyes that are genotoxic, carcinogenic and are B3 category pollutants. The purpose of the activity is to introduce the design of an extractor tool for the production of natural batik dyes with raw materials from Kalimantan forest sawdust (Ulin and Bangkirai) and to provide insight and knowledge to partners through the introduction of modern extraction technology for making natural batik dyes. The partners in this service are the owners of the Shaho batik business located in Batu Ampar Village, Jalan LKMD RT. 5, No. 45 Balikpapan. Participants consisted of 10 Batik shaho partner workers, 2 batik business owners and 8 people from the surrounding community. From the questionnaire consisting of 10 questions to 20 participants, it showed that the insight of the batik craft center workers increased about making natural dye extracts from sawdust with an extractor tool before the demonstration with an achievement index of 60% increasing to 90% after the demonstration. Participants gave positive responses especially to the innovation of extractor tools and natural fabric dye products. Natural liquid dye products from sawdust extract are expected to be developed into natural solid dye products from sawdust which are more durable and more economical in terms of packaging.
Copyrights © 2024