Artikel ini merupakan deskripsi-analitis terhadap pemikiran M. Amin Abdullah dan Imam Suprayogi tentang integrasi ilmu-ilmu Keislaman. Perkembangan kajian integrase keilmuan Islam selama ini menurut analisis penulis masih bersifat fragmentaris dan belum memiliki keterkaitan dengan isu-isu kekinian seiring dengan perkembangan teknologi modern. Dengan upaya menganalisis dan mengkaji lebih lanjut epistimologi keilmuan sains dan Islam dari kedua tokoh ini dengan latar belakang pemikiran yang berbeda memberikan warna dalam khazanah keilmuan pemikiran perkembangan Islam. Konsep epistemologikeilmuan teo-antropo-sentrik-integralistik Amin Abdullah dibangun dari pengelompokan keilmuan. Teorinya dimulai dari al-Qur'an dan Sunnah, kemudian "˜Ulí»m al-Dí®n, al-Fikr al-Islí¢my, dan Dirí¢sah al-Islí¢miyyah. Keempat kategori keilmuan Islam tersebut dipetakan oleh Amin Abdullah ke dalam empat lingkar lapis peta konsep spider web, dengan memadukan seluruh disiplin ilmu sosial dan keagamaan vis-í -vis isu- isu kontemporer. Konsep epistomologi keilmuan Imam Suprayogo terilhami dari pemikiran al Ghazali yang membagi wilayah keilmuan menjadi dua hokum yakni "˜ain dan kifayah. Konsep pendidikan yang diangkat berdasarkan metafora pohon keilmuan menyakini bahwa Alquran, Sunnah yang disertai dengan ilmu kebahasaan menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan untuk dapat menurunkan dan mempelajari ranah wilayah keilmuan umum. Tujuan dari bangunan keilmuan tersebut adalah amal sholih yang menjadi buahnya, sehingga khazanah keilmuannya berdiri diatas dzikr, fikr dan amal yang dijadikan sebagai metode telaah keilmuan. Kedua pemikiran tersebut bukan saling menegasikan namun begitu memperkaya khazanah keilmuan dalam mengembangkan pendidikan Islam dalam lembaga pendidikan umum maupun pendidikan Islam secara khusus.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021