Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana kondisi kontak bahasa dan bilingualisme di Desa Ngenyan Asa, Kabupaten Kutai Barat yang dapat mempengaruhi kebertahanan hidup atau vitalitas bahasa Tunjung. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket (kuesioner) dan wawancara. Adapun teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dengan model interaktif yang terdiri atas reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ditemukan adanya kontak bahasa antarpenutur di Ngenyan Asa, yaitu bahasa Tunjung dengan Benuaq, Melayu Kutai, Banjar, Jawa, dan Indonesia. Penyebabnya, yaitu perpindahan penduduk, adanya buruh atau pekerja dari suku lain, adanya hubungan budaya yang dekat (suku Tunjung dan Benua), dan adanya kontak belajar di sekolah. Masyarakat penutur bahasa Tunjung di Desa Ngenyan Asa juga cenderung dwibahasawan atau bilingualisme. Mereka menguasai bahasa Tunjung, bahasa Indonesia, dan bahasa Benua. Adanya kontak bahasa dan bilingualisme ini dapat mengancam vitalitas bahasa Tunjung. Bahasa Tunjung dapat tergeser oleh penggunaaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah lain yang dianggapnya lebih bergengsi, khususnya di kalangan generasi muda.
Copyrights © 2020