Pembelajaran fleksibel tanpa kelas adalah paradigma baru yang semakin dibutuhkan di era digital. Konsep ini mengusung pembelajaran yang tidak terikat ruang fisik, didorong oleh perkembangan teknologi dan tuntutan perubahan sosial. Artikel ini meneliti kesiapan administrasi pendidikan di Indonesia dalam mengadopsi model sekolah tanpa kelas, khususnya terkait kebijakan, infrastruktur teknologi, dan kompetensi tenaga pendidik. Melalui analisis data dan kajian literatur terbaru, ditemukan bahwa meskipun pembelajaran fleksibel menawarkan peluang besar untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, tantangan signifikan seperti ketimpangan akses teknologi dan keterbatasan pelatihan guru tetap harus diatasi. Rekomendasi strategis diberikan untuk membantu mengembangkan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif. Flexible classroom-free learning is a new paradigm that is increasingly needed in the digital era. This concept promotes learning that is not bound by physical space, driven by technological advancements and the demands of social change. This article examines the readiness of educational administration in Indonesia to adopt the classroom-free model, particularly regarding policies, technological infrastructure, and the competencies of educators. Through data analysis and recent literature review, it is found that although flexible learning offers significant opportunities to enhance access and quality of education, significant challenges such as technology access disparities and limited teacher training still need to be addressed. Strategic recommendations are provided to help develop a more inclusive and adaptive educational system.
Copyrights © 2024