Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021, diperkirakan bahwa sekitar 20% dari seluruh populasi dunia menderita talasemia beta mayor. Di Indonesia, prevalensi talasemia berkisar antara 6-10%, dan provinsi Jawa Barat mempunyai kasus talasemia mayor tertinggi. Talasemia mayor terjadi akibat perkawinan antara individu yang membawa gen talasemia atau menderita talasemia minor, yang seringkali tanpa gejala, sehingga deteksi dini sangat penting untuk mencegah kelahiran anak dengan talasemia mayor.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui skrining talasemia menggunakan uji fragilitas osmotic (OTOF/One Tube Osmotic Fragility), hasil positif dilanjutkan dengan penentuan nilai indeks eritrosit, lalu dilanjutkan dengan penentuan Indeks Mentzer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, subjek penelitian adalah mahasiswa TLM (D3) di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi. Berdasarkan hasil penelitian dari 155 mahasiswa TLM (D3), hasil skrining talasemia minor menunjukkan bahwa 10 orang (6%) menunjukkan hasil OTOF positif. Hasil yang positif dilanjutkan pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan Indeks Eritrosit, sebanyak 8 orang (80%) memiliki MCV <80 fL dan MCH <27 pg. Hasil MCV dan MCH rendah tersebut kemudian ditentukan nilai Indeks Mentzer dan didapatkan sebanyak 2 orang (25%) memiliki Indeks Mentzer <13. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat 2 orang (1%) yang terindikasi menderita talasemia beta minor, dan disarankan selanjutnya untuk dilakukan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
Copyrights © 2024