Adolescent anemia is influenced by daily dietary consumption that lacks iron, which is closely related to nutritional status. In Tanah Bumbu Regency, 40.8% of adolescent girls experience anemia, exceeding the indicator target of 28%. Examinations conducted on 501 seventh-grade female students in 12 schools within the working area of Puskesmas Perawatan Simpang Empat revealed an anemia prevalence of 29.1%, with the highest rate at SMPN 1 Simpang Empat (34.04%). This study employed a Cross-Sectional Study design with a sample of 98 seventh-grade female students aged 12–14 years, selected using the Simple Random Sampling technique and analyzed using the Chi-Square test. The results showed that 96.9% of adolescents with good eating habits did not experience anemia, while 56.1% of those with poor eating habits suffered from anemia. Furthermore, 91.2% of adolescents with adequate sleep duration did not experience anemia, whereas 54.7% of those with insufficient sleep duration suffered from anemia. These findings indicate a relationship between eating habits and sleep duration with the incidence of anemia in adolescents. Therefore, schools are expected to provide education on anemia prevention through the UKS program and collaborate with health institutions for nutritional counseling. Additionally, increasing the availability of nutritionally balanced food in school cafeterias is necessary to support adolescent health Anemia pada remaja putri dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, yang berkaitan erat dengan status gizi. Di Kabupaten Tanah Bumbu, 40,8% remaja putri mengalami anemia, melebihi target indikator 28%. Pemeriksaan pada 501 remaja putri kelas 7 di 12 sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat menunjukkan prevalensi anemia sebesar 29,1%, dengan angka tertinggi di SMPN 1 Simpang Empat (34,04%). Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan sampel 98 remaja putri kelas 7 usia 12–14 tahun yang dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling dan dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,9% remaja dengan kebiasaan makan baik tidak mengalami anemia, sementara 56,1% remaja dengan kebiasaan makan kurang mengalami anemia. Selain itu, 91,2% remaja dengan lama tidur baik tidak mengalami anemia, sedangkan 54,7% remaja dengan lama tidur kurang mengalami anemia. Temuan ini mengindikasikan adanya hubungan antara kebiasaan makan dan lama waktu tidur dengan kejadian anemia pada remaja. Oleh karena itu, sekolah diharapkan dapat memberikan edukasi terkait pencegahan anemia melalui program UKS serta bekerja sama dengan institusi kesehatan dalam penyuluhan gizi. Selain itu, penyediaan makanan bergizi seimbang di kantin sekolah juga perlu ditingkatkan untuk mendukung kesehatan remaja
Copyrights © 2025