Latar Belakang: Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 melaporkan prevalensi stunting nasional sebesar 21,6%, masih jauh dari target 14% pada tahun 2024. Di wilayah perkotaan, termasuk Kota Medan, stunting diperparah oleh faktor seperti kepadatan penduduk tinggi dan disparitas sosial ekonomi. Stunting berdampak serius pada perkembangan kognitif dan produktivitas masa depan anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan faktor risiko stunting di wilayah kerja Puskesmas Pulo Brayan, Kecamatan Medan Barat. Metode: Penelitian cross-sectional dengan metode kuantitatif deskriptif dilakukan pada 275 keluarga dengan balita di wilayah kerja Puskesmas Pulo Brayan. Data dikumpulkan melalui wawancara, pengukuran tinggi badan, dan pencatatan titik koordinat rumah responden. Hasil: Prevalensi balita pendek di wilayah penelitian mencapai 19,3%. Faktor risiko yang diidentifikasi meliputi status imunisasi tidak lengkap (16,7%), rendahnya pemberian ASI eksklusif (64,0%), sarana air bersih tidak memenuhi syarat (75,3%), kualitas air minum tidak memenuhi syarat (67,6%), dan jamban tidak memenuhi syarat (50,2%). Kesimpulan: Tingginya prevalensi stunting dan berbagai faktor risiko yang teridentifikasi menekankan perlunya pendekatan komprehensif dan multisektoral dalam penanganan stunting di wilayah perkotaan
Copyrights © 2024