Kawasan budidaya Bukit Kor di Terengganu, Malaysia, mencerminkan keanekaragaman alam yang vital untuk pertanian dan pemeliharaan tanaman. Peran serangga dalam ekosistem pertanian sebagai penyerbuk, pemangsa hama, dan pemelihara keseimbangan alam menjadi krusial. Namun, serangga juga dapat menjadi ancaman serius, mendorong petani menggunakan insektisida sebagai solusi utama. Meskipun efektif dalam mengendalikan hama, penggunaan insektisida perlu diimbangi dengan kehati-hatian ekologis. Efek samping insektisida terhadap serangga non-target, termasuk penyerbuk dan pemangsa alami, dapat mengancam keberlanjutan pertanian. Oleh karena itu, pendekatan manajemen hama terpadu yang berkelanjutan menjadi kunci, mempertimbangkan pemilihan insektisida, dosis, dan frekuensi penggunaan. Edukasi petani tentang praktik berkelanjutan seperti rotasi tanaman, pupuk organik, dan teknologi hijau dapat mengurangi ketergantungan pada insektisida. Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan petani juga tak dapat diabaikan. Penelitian ekologi serangga lokal, pengembangan varietas tanaman tahan hama, dan pelatihan praktik pertanian berkelanjutan dapat membentuk landasan keberlanjutan di Bukit Kor. Dengan pendekatan ini, kawasan ini bukan hanya berkembang, tetapi juga menjadi contoh keberlanjutan bagi wilayah lainnya. Penelitian eksperimental dilakukan pada lokasi budidaya Bukit Kor untuk mengevaluasi efisiensi dua jenis insektisida terhadap kelompok serangga tertentu. Analisis data menunjukkan variasi respons antara insektisida, dinamika temporal efek insektisida, dan keterkaitan respons dengan jenis serangga tertentu. Kesimpulan ini memiliki implikasi praktis untuk pengelolaan hama pertanian, menekankan perlunya kebijakan berkelanjutan dalam pemilihan dan penggunaan insektisida.
Copyrights © 2024