Kajian teks-teks keagamaan, saat ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan perlu melibatkan disipilin ilmu lain. Sebab problem sosial keagamaan semakin kompleks, sementara Islam yang bersumber dari ajaran al-Qur’an dan hadis harus juga berdialog dengan realitas dan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, paradigma interkoneksi keilmuan menjadi sebuah keniscayaan sejarah, sehingga analisis dan kesimpulan yang diambil dari teks keagamaan tersebut bisa lebih dialektis dan komprehensif, serta akomodatif terhadap perkembangan masyarakat. kajian terhadap hadis baik yang herupa kritik terhadap otentisitasnya, maupun metode pemahamannya, termasuk berkembang mulai dari yang tekstualis hingga kontekstualis, dari yang bersifat dogmatis hingga yang kritis, dari yang model literal hingga yang liberal, menjadi perhatian bagi pemikir hadis. Apapun ragam dan model pendekatan dalam memahami hadis, hal itu merupakan apresiasi dan interaksi mereka dengan hadis sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan tawaran baru dari berbagai sumber, bagaimana cara memahami hadis (filth al-hadits) dengan paradigma interkoneksi, yakni pendekatan linguistik, historis, sosiologis, dan antropologis. Tujuan dari pembahasan ini agar pemaknaan masyarakat terhadap hadis tidak mengalami stagnasi dan rigid (kaku).
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024