cover
Contact Name
Babun Najib
Contact Email
babunnajib1@gmail.com
Phone
+6285204991853
Journal Mail Official
babunnajib1@gmail.com
Editorial Address
Kalikajar Kulon Paiton Probpolinggo
Location
Kab. probolinggo,
Jawa timur
INDONESIA
Al-Hasyimi : Jurnal Ilmu Hadis
ISSN : 3063976X     EISSN : 3063976X     DOI : https://
Jurnal ilmiah yang didedikasikan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang Ilmu Hadis. Jurnal ini menjadi wadah bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi yang tertarik dalam memahami, menganalisis, dan mengembangkan pemahaman terhadap Hadis, salah satu aspek penting dalam tradisi keilmuan Islam
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 28 Documents
METODE INDUKSI DALAM PENELITIAN HADIS (Analisis Terhadap Kriteria Keabsahan dan Kelemahan Hadis) As’ad Kholilurrahman; Muhammad Sholihin
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 1 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i1.1

Abstract

The birth and development of hadith are not immune to conflicts of such complexity, leading to the probability that the hadith has been misinterpreted by irresponsible individuals and obscured by power. This is evident in the early days of Islam when hadith was not documented like the Qur'an. Even before the official codification, significant conflicts, such as the intense dispute between Ali and Muawiyah, occurred, giving rise to deviant groups that later fabricated false hadiths to support their factions. Inductive reasoning, as a method of hadith research, serves as a fitting alternative. Even earlier scholars had employed this method, although it was not established as a rigid theory as presented in this writing. Consequently, the inductive method in hadith can aid researchers in identifying elements that may discredit a hadith or, conversely, provide claims regarding the authenticity of a hadith
Pengambilan Hukum Dari Hadis-Hadis Mukhtalif Menurut Ulama Hadis Dan Ulama Fikih Fathul Mu’in; Ananda Prayogi; Babun Najib
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 1 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i1.2

Abstract

Hadis-hadis yang kontradiktif atau hadis mukhtalif seringkali menimbulkan kebingungan dalam menentukan suatu hukum. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji tentang bagaimana para ulama fikih dan ulama hadis mengambil hukum yang bersumber dari hadis-hadis yang kontradiktif tersebut. Objek penelitian ini adalah metode yang digunakan oleh ulama fikih dan ulama hadis sebagai dasar dalam pengambilan hukum serta mengkomparasinya sehingga dapat diketahui formula atau rumusannya. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan dengan menggunakan analisis isi sebagai teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara ulama hadis dengan ulama fikih mempunyai urutan metode yang sama dalam menyelesaikan hadis-hadis yang kontradiktif, yaitu metode al-jam'u, nasakh, tarjih dan tawaqquf. Hanya saja, Imam Abu Hanifah mempunyai urutan yang berbeda, yaitu metode nasakh, tarjih, al-jam'u dan tawaqquf. Komparasi metode yang digunakan oleh kedua kalangan ulama tersebut baik muhaddisin maupun fuqaha' bersepakat mendahulukan metode al-jam'u sebagai usaha untuk tidak menganggurkan salah satu hadis dengan hadis lainnya. Namun berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang lebih mendahulukan metode nasakh daripada metode al-jam'u sehingga konsekuensinya terdapat hadis yang tidak digunakan.
STUDI ISLAM INTER MULTIDISIPLINER (Model-Model Pendekatan dalam Kajian Ilmu Hadis Kontemporer) Akhmat Taufik; Iqbal Kholidi
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 1 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i1.3

Abstract

Kajian teks-teks keagamaan, saat ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan perlu melibatkan disipilin ilmu lain. Sebab problem sosial keagamaan semakin kompleks, sementara Islam yang bersumber dari ajaran al-Qur’an dan hadis harus juga berdialog dengan realitas dan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, paradigma interkoneksi keilmuan menjadi sebuah keniscayaan sejarah, sehingga analisis dan kesimpulan yang diambil dari teks keagamaan tersebut bisa lebih dialektis dan komprehensif, serta akomodatif terhadap perkembangan masyarakat. kajian terhadap hadis baik yang herupa kritik terhadap otentisitasnya, maupun metode pemahamannya, termasuk berkembang mulai dari yang tekstualis hingga kontekstualis, dari yang bersifat dogmatis hingga yang kritis, dari yang model literal hingga yang liberal, menjadi perhatian bagi pemikir hadis. Apapun ragam dan model pendekatan dalam memahami hadis, hal itu merupakan apresiasi dan interaksi mereka dengan hadis sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan tawaran baru dari berbagai sumber, bagaimana cara memahami hadis (filth al-hadits) dengan paradigma interkoneksi, yakni pendekatan linguistik, historis, sosiologis, dan antropologis. Tujuan dari pembahasan ini agar pemaknaan masyarakat terhadap hadis tidak mengalami stagnasi dan rigid (kaku).
Ulama Hadis dan Orientalis: Analisis Historis tentang Asal Usul Hadis Alwi Shobri; Pais Ainul Yaqin
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 1 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i1.4

Abstract

Asal usul hadis adalah perbincangan yang kompleks dan sering kali diperdebatkan dalam kajian hadis antara ulama hadis dan orientalis. Menurut ulama hadis, hadis merupakan rekaman kehidupan Nabi dan berkembang pada periode setelah Nabi Muhammad wafat, di mana para sahabatnya mulai mentransmisikan secara lisan. Di sisi lain, orientalis cenderung mengamati asal usul hadis dengan pendekatan kritis, menyoroti konteks sejarah dan budaya yang sangat mungkin mempengaruhi kemunculannya. Berdasarkan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pandangan ulama hadis dan orientalis terhadap asal usul hadis, serta mengeksplorasi perbedaan dan persamaan perspektif mereka dalam konteks historis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis dan komparatif. Data diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pandangan ulama hadis dan orientalis mengenai asal usul hadis. Ulama hadis menggunakan metodologi yang ketat dan sistematis untuk memastikan historisitas dan keaslian hadis melalui verifikasi sanad dan matan. Di samping itu, sementara orientalis lebih skeptis, melihat hadis sebagai refleksi dari perkembangan sosial dan politik komunitas Muslim pasca Nabi Muhammad Saw.
Larangan Pendidikan Formal bagi Kaum Perempuan di Afghanistan: Tinjauan Hadis al- Bukhari Nomor Indeks 7310 tentang Kesetaraan Gender Rodina Billah; Andris Nurita; Muhid, Muhid
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 1 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i1.6

Abstract

Afghanistan is one of the countries with relatively high cases of discrimination against women. This is due to the implementation of the Islamic shari'a system of government imposed by the Taliban based on their own understanding. As well as textual interpretation of some of the postulates of Islamic teachings. So that the existence of the role of women is increasingly cornered. One of the Taliban's policies, which is considered to violate human rights, is the prohibition of higher education for women in Afghanistan. This problem raises the negative stigma of "outsiders" towards Islam, they will consider Islam as a religion that mistreats women. In fact, the Islamic sharia law implemented by the Taliban is different from the essential teachings of Islam. The reason is that there are so many verses of the Qur'an or Hadiths that explain gender equality, one of which is the Hadith narrated by al-Bukhari> index number 7310 which explains the attitude of the Prophet Muhammad SAW, related to education for women. In this context, this research using the Library research method aims to provide a review of the case of the prohibition of education for women that occurred in Afghanistan and its relationship with the Hadith narrated by Imam al-Bukhari> number 7310. The hadith is one of the arguments that women also have rights in education. To achieve the purpose of this study, it is necessary to analyze Hadith Imam al-Bukhari> no. 7310 in order to describe and interpret a case of prohibition of higher education for women. This research concludes that the prohibition of education that has occurred in Afghanistan is a form of patriarchal culture that is considered as an act that has been legitimized by Islamic religious propositions, as well as an understanding that is only limited to the textual propositions of Islamic teachings.
Konstruksi Subjektivitas Bisri Mustafa terhadap Kitab Syarah Hadis Al Azw̄adu Al Musțafawiyah Lailiyatun Nafisah
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 2 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i2.16

Abstract

Kajian tentang syarah local telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti mutakhir. Keterkaitan teks dan konteks yang melingkupinya selalu menjadi kajian yang terus berkembang. Kitab Al Azw̄Adu Al Musțafawiyah merupakan karya dari  Kiai Bisri Mustafa, yangdikenal sebagai ulama Nusantara. Dalam penulisan kitab tersebut, terdapat unsur-unsur yang berpengaruh, atau dikenal juga dengan subjektivitas. Untuk menJawab subjektivitas kiai Bisri Mustafa dalam kitabnya, penulis menggunakan teori Pierre Bourdieu mengenai habitus, modal dan ranah. Penelitian ini termasuk dalam library research, dimana kitab Al Azw̄Adu Al Musțafawiyah dijadikan sebagai sumber rujukan utama, kemudian didukung dengan  sumber data dari buku, journal, dan tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan. Hasil penellitian menunjukkan bahwa Habitus yang terdiri dari Kebiasaan masyarakat dalam menuturkan bahasa Jawa dan lingkungan yang agamis sejak kecil. Modal, yang terdiri dari penguasaan bahasa Jawa dan Perjalanan dan pengalaman beliau sejak kecil dalam mendalami ilmu agama menjadi modal kiai Bisri dalam menuliskan kitab Al Azw̄Adu Al Musțafawiyah. Ranah, dalam hal ini lingkungan  berpengaruh pada model penerjamahan dan makna gandul. Kondisi masa kolonial, serta iklim kejawen yang berpengaruh pada tradisi Jawa dalam syarah yang beliau tulis. Unsur-unsur yang ada telah membentuk konstruksi subjektivitas dari kiai Bisri Mustafa dalam menuliskan kitab Al Azw̄Adu Al Musțafawiyah.
Nusyuz dalam Perspektif Hadis: Analisis Hukum, Hikmah, dan Relevansinya di Era Modern Nida Rafiqa Izzati; Bagus Kusumo Hadi; Adam Dewantara Putra; Sri Jati Ratna Sari
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 2 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i2.20

Abstract

Artikel ini membahas konsep nusyuz dalam perspektif hadis, dengan tujuan untuk memahami kedudukan, hukum, serta hikmah di balik pelarangan nusyuz dalam hubungan suami istri, serta menyoroti relevansinya di era modern. Nusyuz, yang dapat dilakukan oleh baik suami maupun istri, merujuk pada sikap kedurhakaan atau pembangkangan terhadap pasangan, seperti mengabaikan hak-hak atau tidak melaksanakan kewajiban masing-masing. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, artikel ini menganalisis berbagai hadis terkait nusyuz menggunakan pendekatan tahlil lafdzi, ma’nal ijmali, sabaabul wuruud, dan fiqhul hadits. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami memiliki hak untuk menertibkan istri yang nusyuz, dan istri wajib mentaati suaminya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebaliknya, istri juga dapat menempuh upaya tertentu jika suaminya melakukan nusyuz. Apabila perselisihan sudah sangat parah, dianjurkan untuk melibatkan pihak ketiga sebagai penengah demi menjaga keharmonisan rumah tangga. Temuan ini memperlihatkan betapa seriusnya perhatian Islam terhadap hubungan suami-istri dan pentingnya menjaga keutuhan keluarga berdasarkan ajaran syariat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam memahami konsep nusyuz dari perspektif hukum Islam serta memberikan panduan praktis bagi pasangan suami istri dalam mengatasi konflik dalam kehidupan berumah tangga
Kafalah dalam Perspektif Islam: Kajian Komprehensif dari Al-Qur'an, Hadis, dan Ulama Serta Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Afia Apriyanti; Wahyu Bahrul Alam; Alvian Syachrul Nasruloh
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 2 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i2.33

Abstract

Islam regulates social interaction in the Quran and Hadith. One type of muamalah in Islam is kafalah, which is a guarantee or responsibility. This study aims to understand kafalah from the perspective of the Quran, hadith, positive law, and its application in daily life. The method in this study uses library research and qualitative methodology, which proved effective in exploring and describing the phenomenon under study in detail. The results of the study. First, Kafilah is an insurer's promise to a third party that the second party or the insured can fulfill his obligations. Second, kafil is one of the pillars and conditions of kafalah: makful anhu, makhful bih, and shighat. Third, one of the types of kafalah includes kafalah bin al-nafs, kafalah bial-mal, kafalah in the form of objects, and kafalah related to disgrace. Fourth, legal regulations from the Qur'an and hadith. Surah Yusuf verses 72, 66, and 78, Bukhari No. 2131, An-Nasa'i No. 4613, and Ibn Majah 2398. DSN Fatwa regarding kafala No. IX: 11/DSN-MUI/IV/2000, which is regulated in article 20, paragraph 12 of KHES. Fifth, hadith and fiqh experts argue that kafalah is not just a contract but also an implementation of Islamic values such as helping and justice. Sixth, the application of kafalah in everyday life: Bank guarantees, kafalah contracts in the banking sector, kafalah in the Healthy Indonesia Card program, kafalah in Sharia Letters of Credit, and Islamic banking insurance
Typology of Hadith Madrasah in the Sham Muaripul Adha, Raja Syahrul; U Yusup Maulana; Isra Mardi; Engkos Kosasih
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 2 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i2.38

Abstract

The region of Sham, which includes Syria, Lebanon, Palestine, and Jordan, has an important role in Islamic history, particularly in the development of hadith science. This study aims to explore the role and characteristics of hadith madrassas in Syam by using the library research method. The results of the study show that Sham is the center of blessings as mentioned in the verses of the Qur'an and the hadith of the Prophet. The companions, such as Mu'adz bin Jabal, Abu Darda, and Ubadah bin Shamit, played an important role in building the hadith madrassa in Sham, followed by the contributions of tabi'in and atba' tabi'in scholars. The hadith madrassa in Sham has its uniqueness, such as the beginning of hadith bookkeeping, the development of hadith criticism, and the lack of hadith forgery in the early days. However, the tradition of narrating hadith without sanad is also a challenge that is then improved through the innovation of scholars such as al-Auza'i and al-Zuhri. Thus, the hadith madrasah in Syam is not only a center of learning but also contributes significantly to maintaining the authenticity of the hadith, making it one of the important pillars in the history of Islamic science.
Tradisi Seren Taun di Daerah Citorek Lebak Banten (Studi Living Hadis) Jupita Apriani; Rosa Safitri; Hofifah; Ulfatus Shalihah; Muyessaroh; Fatichatus Sa'diyah; Rio Kurniawan; Ahmad Hizazih Al-faqih; Badrudin
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 2 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i2.39

Abstract

Penelitian ini mengkaji resepsi hadis dalam konten video YouTube Guru Gembul episode 182 yang berjudul “Cara Mengukur Kadar Intelektualitas Seseorang”, dengan fokus pada dua hadis utama yang dipaparkan, yaitu larangan berprasangka buruk dan keutamaan sabar dalam menghadapi ujian. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai hadis tersebut diinterpretasikan dan dikontekstualisasikan dalam media digital serta bagaimana pesan tersebut diterima oleh audiens. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan analisis isi terhadap transkrip video dan komentar penonton sebagai data primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru Gembul menyajikan hadis secara aplikatif dan kritis, menekankan pentingnya sikap terbuka, objektivitas, dan kesabaran sebagai indikator intelektualitas dan keimanan. Respon audiens mayoritas positif, menandakan efektivitas media YouTube sebagai sarana dakwah dan pembelajaran hadis kontemporer. Penelitian ini menegaskan bahwa media digital membuka ruang baru bagi proses resepsi hadis yang interaktif dan kontekstual, sekaligus menuntut pemahaman kritis dari para penikmatnya

Page 1 of 3 | Total Record : 28