Indonesia memiliki 56,50% penduduk bekerja di sektor informal, dengan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan sebagai dominasi utama. Pekerja sektor informal rentan terhadap gangguan muskuloskeletal akibat postur kerja yang tidak ergonomis. Gangguan ini merupakan penyebab utama kecacatan global dengan prevalensi 1,71 miliar penduduk. Di Indonesia, gangguan muskuloskeletal mencakup 11,9% populasi, dengan pekerja di sektor perkebunan menjadi penyumbang kasus terbanyak. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan antara risiko postur kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada pemanen kelapa sawit di Desa Talang Perapat, Kabupaten Seluma. Penelitian menggunakan desain Cross Sectional dengan sampel 72 responden yang diambil menggunakan teknik Convenience sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner Ovako Work Posture Analysis System (OWAS), pengamatan langsung, dan wawancara, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,4% responden memiliki postur kerja berisiko tinggi dan 33,3% responden mengalami gangguan muskuloskeletal kategori sangat tinggi. Responden dengan risiko postur kerja rendah cenderung memiliki postur ergonomis, sementara risiko postur kerja sangat tinggi ditemukan pada pekerja dengan lama kerja 10 tahun dan postur tidak ergonomis. Ada hubungan signifikan antara risiko postur kerja dengan gangguan muskuloskeletal dengan kategori hubungan kuat. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya edukasi ergonomis dan intervensi terhadap postur kerja pada pemanen kelapa sawit untuk mengurangi risiko gangguan muskuloskeletal. Temuan ini dapat menjadi dasar untuk program pencegahan yang lebih efektif di sektor perkebunan.Kata Kunci: muskuloskeletal, OWAS postur kerja
Copyrights © 2024