Al-Thaqalayn adalah Al-Quran dan Ahlul Bayt, ditinggalkan oleh Nabi sebagai warisan berharga. Hadis ini memunculkan berbagai interpretasi dari ulama terkait konteks, signifikansi, dan implikasinya. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, menelaah asbāb al-wurūd dan metode analisis konten dari kitab-kitab hadis utama serta literatur terkait. Pengertian asbāb al-wurūd menjadi krusial, memberi informasi tentang konteks sejarah hadis. Memahami hal ini membantu menjelaskan hadis al-Thaqalayn dan signifikansinya secara kontekstual. Konteks ini juga relevan bagi ahli hukum Islam (faqīh) dalam menerapkan ajaran dalam situasi aktual. Hadis ini merupakan pesan keselamatan yang disampaikan Nabi sebelum meninggalkan umatnya. Beliau ingin memastikan pesan Ilahi terpelihara dan tidak terdistorsi setelahnya. Pesan beliau tentang meninggalkan al-Thaqalayn di tengah-tengah umat merupakan panggilan untuk menjaga ajaran suci itu sendiri. Para ulama memberikan beragam interpretasi terhadap hadis ini. Sebagian besar menekankan pada beratnya tugas mengikuti dan menjaga al-Thaqalayn. Ada pula penekanan pada keagungan dan kesulitan dalam melaksanakan ajaran keduanya. Beberapa ulama menjelaskan istilah “al-Thaqalayn” sebagai penghormatan pada kedudukan Al-Quran dan Ahlul Bayt. Ada upaya untuk mengartikan pesan Nabi dalam konteks pemilihan pengganti untuk melanjutkan peran beliau setelah wafat. Semua interpretasi ini menegaskan pentingnya mengikuti dan menjaga Al-Quran serta Ahlul Bayt sebagai sumber ilmu agama, petunjuk syariat, dan warisan suci dari Nabi. Penelitian ini berfokus pada pemahaman mendalam terhadap konteks, signifikansi, dan implikasi dari hadis al-Thaqalayn, menyoroti urgensi pemahaman terhadap pesan Nabi dalam konteks kehidupan umat Islam.
Copyrights © 2024