Penyakit pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat dan beban ekonomi. Polusi udara dari aktivitas industri, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara, telah terbukti meningkatkan risiko penyakit pernapasan, termasuk asma, bronkitis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengeluaran kesehatan akibat rawat inap penyakit pernapasan di Kota Bengkulu dengan menggunakan data klaim BPJS Kesehatan periode 2014–2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional berdasarkan data sekunder dari BPJS Kesehatan Cabang Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klaim rawat inap untuk penyakit pernapasan mengalami variasi signifikan dalam 10 tahun terakhir. Penyakit dengan rata-rata klaim tertinggi adalah Hospitalization due to Admission Respiratory (Rp 2,76 miliar), diikuti oleh Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) (Rp 2,01 miliar). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa setiap tambahan satu kasus rawat inap COPD meningkatkan klaim sebesar Rp 3.568.000, sementara Chronic Bronchitis in Adults menambah klaim sebesar Rp 3.188.000 per kasus. Meskipun klaim rata-rata untuk Lung Cancer lebih rendah dibandingkan dengan penyakit pernapasan lainnya, kenaikan biaya per kasusnya menunjukkan tren yang lebih tinggi, yaitu Rp 5.778.000 per kasus. Beban finansial yang tinggi ini menekankan perlunya strategi efisiensi dalam pengelolaan pelayanan kesehatan, termasuk program pencegahan, optimalisasi manajemen rumah sakit, serta kebijakan berbasis bukti untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana BPJS Kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perumusan kebijakan dalam meningkatkan efektivitas sistem pelayanan kesehatan dan pengendalian faktor risiko penyakit pernapasan di Kota Bengkulu.
Copyrights © 2024