Indonesia sebagai negara kepulauan di wilayah tropis memiliki dinamika atmosfer yang unik, termasuk pembentukan sistem mesoscale seperti Mesoscale Convective Complex (MCC). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik MCC yang terjadi di perairan Laut Banda dan sekitarnya pada 9–10 Maret 2024 berdasarkan kriteria Maddox (1980). Penelitian ini menggunakan pendekatan multidata yang terdiri dari data citra satelit Himawari-9, Automatic Weather Station (AWS), dan model reanalysis ECMWF untuk mengidentifikasi suhu puncak awan, luasan awan, eksentrisitas, durasi kejadian, serta kondisi atmosfer pendukungnya. Hasil menunjukkan bahwa MCC fase matang terjadi selama 14 jam dengan suhu puncak awan ≤ -80°C serta rata-rata luasan awan ± 315.784 km² dan eksentrisitas sekitar 0.951307. Berdasarkan metode Cloud Convective Overlays (CCO), distribusi awan cumulonimbus (Cb) mencapai maksimum pada pukul 20–02 UTC. Analisis curah hujan di Kota Baubau menunjukkan intensitas maksimum 46,1 mm/jam selama kejadian MCC, sementara profil vertikal menunjukkan kondisi atmosfer unstable dengan nilai vertical velocity didominasi negatif sekitar -1.8 Pa/s hingga 0 Pa/s. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 1000–10 mb didominasi ≥ 80% yang mendukung pertumbuhan MCC dan presipitasi intensif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang komprehensif berbasis multidata dalam identifikasi karakteristik MCC dan analisis kondisi atmosfer di wilayah Indonesia.
Copyrights © 2025