Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

UJI AKURASI PRODUK ESTIMASI CURAH HUJAN SATELIT GPM IMERG DI SURABAYA, INDONESIA Azka, Mukhamad Adib; Sugianto, Prabu Aditya; Silitonga, Andreas Kurniawan; Nugraheni, Imma Redha
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018)
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.914 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3153

Abstract

Curah hujan merupakan parameter meteorologi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Saat ini, pengamatan secara in situ sangat kurang representatif untuk digunakan sebagai analisis karena jangkauannya yang sangat sempit sehingga memerlukan instrumen pendukung seperti satelit agar dapat memberikan gambaran yang lebih baik terkait distribusi hujan. Namun, data satelit juga belum tentu sepenuhnya benar karena resolusi dan kondisi dari setiap wilayah berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai akurasi, bias, korelasi, root mean square error (RMSE), dan mean absolute error (MAE) data estimasi curah hujan GPM IMERG dengan data curah hujan pengamatan langsung. Penelitian ini dilakukkan di Surabaya dengan menggunakan data estimasi curah hujan GPM IMERG dan data curah hujan pengamatan langsung dari Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya selama tahun 2017 mewakili musim hujan, musim kemarau, dan periode transisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data curah hujan produk GPM IMERG memiliki korelasi yang sangat baik untuk memperkirakan akumulasi curah hujan bulanan. Sedangkan, untuk akumulasi harian, memiliki korelasi yang sangat rendah. Sementara itu untuk akumulasi sepuluh harian, data curah hujan produk satelit GPM IMERG memiliki korelasi yang baik terutama di periode musim hujan dan musim kemarau, akan tetapi memiliki korelasi yang rendah selama periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Pada umumnya, produk ini sangat bagus dalam menentukan ada atau tidaknya hujan, tetapi performanya sangat rendah dalam menentukan besarnya intensitas curah hujan.
PREDIKSI INTENSITAS CURAH HUJAN MENGGUNAKAN PRODUK NOWCASTING RTR DIBANDINGKAN DENGAN PRODUK ESTIMASI CURAH HUJAN SRI PADA KEJADIAN BANJIR DI PALEMBANG TANGGAL 12 – 13 NOVEMBER 2018 Hidayat, Anistia M; Aofany, Diar; Arfianti, Dinda R; Nugraheni, Imma Redha; Ali, Abdullah
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol 6 No 1 (2019): Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1658.28 KB) | DOI: 10.36754/jmkg.v6i1.109

Abstract

Palembang merupakan salah satu wilayah rawan terdampak banjir di Indonesia. Sebanyak 24 kasus banjir terjadi selama kurun waktu 2017?2018 dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat sepanjang tahun terhitung sejak 1972. Merujuk pada latar belakang tersebut, penelitian ini memanfaatkan produk Rain Tracking (RTR) untuk estimasi intensitas dan distribusi spasial curah hujan secara nowcasting. Laporan sinoptik Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang menunjukkan bahwa hujan yang sangat lebat terjadi dalam rentang waktu 14.00 ? 18.00 UTC tanggal 12 November 2018. Analisis produk CAPPI dan SSA menunjukkan adanya pola sebaran awan konvektif dengan nilai reflectivity maksimum pada inti badai mencapai 58 dBZ menyebar di atas lokasi penelitian pada pukul 16.10 UTC dan dikategorikan sebagai fase matang awan badai. Berdasarkan analisis MLVCUT (dBZ), nilai reflectivity maksimum pada fase matang awan badai adalah 48 dBZ dengan tinggi puncak awan mencapai 6,15 km. Pada waktu yang sama, analisis VVP menunjukkan adanya pola updraft kuat mencapai 9,25 m/s dan downdraft yang kuat mencapai ?8,27 m/s. Hasil prediksi dengan produk Rain Tracking (RTR) menunjukkan nilai intensitas curah hujan yang cenderung lebih mendekati hasil pengukuran curah hujan sebenarnya menggunakan ARG, dengan selisih nilai absolut berkisar antara 1,24 ? 14,76 mm/jam. Sementara selisih nilai absolut intensitas curah hujan antara produk SRI dan ARG dalam periode waktu yang sama menunjukkan penyimpangan yang lebih besar, yaitu 0,92 ? 24,53 mm/jam.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK QUASI-LINEAR CONVECTIVE SYSTEM PADA MARET SAMPAI MEI 2017 DI WILAYAH PANGKALAN BUN BERBASIS RADAR CUACA Maulidyah, Meldisa Putri; Islamiardi, Rossian Nursiddiq; Maulana, Rezky Fajar; Tamba, Kristian Adi Putra; Nugraheni, Imma Redha; Wardoyo, Eko
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1926.609 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35918

Abstract

Abstract: Quasi Linear Convective System (QLCS) is one of the phenomena of meso-scale convective weather systems (MCS), which are linear in shape with an unspecified leftime and potentially bad weather in the form of heavy rain and strong winds. This research will identify, analyze, and characterize QLCS in the Pangkalan Bun region, Central Kalimantan, as a research location with a period of March to May 2017 using raw data radar data base of Pangkalanbun type C-Band single polarization type Selex SI Gematronik. Method of research was conducted in a descriptive analysis with a description of the QLCS temporally and spatially. The results showed the most duration was 30-60 minutes. The location of the QLCS formation is dominant in the coastal plain or lowland areas. The type of formation of QLCS is dominant broken line.Abstrak: Quasi Linear Convective System (QLCS) merupakan salah satu fenomena dari sistem cuaca konvektif skala meso atau Mesoscale Convective System (MCS) yang berbentuk linear dengan masa hidup tidak ditentukan dan berpotensi cuaca buruk berupa hujan lebat dan angin kencang. Pada penelitian ini akan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengarakteristikan QLCS di wilayah cakupan radar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah sebagai lokasi penelitian dengan jangka waktu bulan Maret sampai Mei tahun 2017 menggunakan raw data radar cuaca Pangkalan Bun tipe C-Band jenis polarisasi tunggal Selex SI Gematronik. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif produk Column Max (CMAX), Combined Moment (CM), Strom Structure Analysis (SSA), Severe Weather Indicator (SWI), dan Horizontal WInd (HWIND). Hasil penelitian menunjukkan durasi pembentukan QLCS terbanyak terjadi dalam rentang 30-60 menit dengan lokasi pembentukan QLCS dominan pada area coastal plain atau dataran rendah. Tipe pembentukan QLCS dominan broken line dan banyak terjadi di pagi hari.
UJI AKURASI PRODUK ESTIMASI CURAH HUJAN SATELIT GPM IMERG DI SURABAYA, INDONESIA Azka, Mukhamad Adib; Sugianto, Prabu Aditya; Silitonga, Andreas Kurniawan; Nugraheni, Imma Redha
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018): December 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.914 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3153

Abstract

Curah hujan merupakan parameter meteorologi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Saat ini, pengamatan secara in situ sangat kurang representatif untuk digunakan sebagai analisis karena jangkauannya yang sangat sempit sehingga memerlukan instrumen pendukung seperti satelit agar dapat memberikan gambaran yang lebih baik terkait distribusi hujan. Namun, data satelit juga belum tentu sepenuhnya benar karena resolusi dan kondisi dari setiap wilayah berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai akurasi, bias, korelasi, root mean square error (RMSE), dan mean absolute error (MAE) data estimasi curah hujan GPM IMERG dengan data curah hujan pengamatan langsung. Penelitian ini dilakukkan di Surabaya dengan menggunakan data estimasi curah hujan GPM IMERG dan data curah hujan pengamatan langsung dari Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya selama tahun 2017 mewakili musim hujan, musim kemarau, dan periode transisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data curah hujan produk GPM IMERG memiliki korelasi yang sangat baik untuk memperkirakan akumulasi curah hujan bulanan. Sedangkan, untuk akumulasi harian, memiliki korelasi yang sangat rendah. Sementara itu untuk akumulasi sepuluh harian, data curah hujan produk satelit GPM IMERG memiliki korelasi yang baik terutama di periode musim hujan dan musim kemarau, akan tetapi memiliki korelasi yang rendah selama periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Pada umumnya, produk ini sangat bagus dalam menentukan ada atau tidaknya hujan, tetapi performanya sangat rendah dalam menentukan besarnya intensitas curah hujan.
IDENTIFIKASI ARAH SEBARAN DAN KETINGGIAN ERUPSI GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN CITRA RADAR CUACA Rahma, Nayla Alvina; Verdyansyah, Aprizal; Faza, Muhammad Zakky; Nugraheni, Imma Redha; Deranadyan, Gumilang
GEOMATIKA Vol 26, No 2 (2020)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24895/JIG.2020.26-2.981

Abstract

Erupsi vulkanik pada waktu yang lama dapat membahayakan keselamatan masyarakat dan aktivitas penerbangan. Radar cuaca dapat dimanfaatkan untuk monitoring dan identifikasi sebaran debu vulkanik secara real time. Penelitian ini memanfaatkan radar Gematronik dengan produk yang digunakan antara lain: CMAX, VCUT, dan CAPPI sehingga dapat menganalisis debu vulkanik yang dihasilkan oleh erupsi gunung berapi. Dalam kasus kejadian erupsi Gunung Agung tanggal 28 Juni 2018 didapatkan nilai reflektivitas maksimum mencapai 30-35 dBZ, sedangkan pada produk VCUT didapatkan ketinggian kolom debu vulkanik mencapai 7.5 km. Jenis material erupsi dapat diketahui dengan produk VCUT. Produk CAPPI V yang telah ditentukan batasnya yaitu 3 km, 5 km, dan 7 km menggambarkan arah gerakan debu vulkanik berdasarkan lapisannya. Arah sebaran debu vulkanik dominan ke barat dan barat daya. Dilihat secara horizontal maupun vertikal, debu vulkanik mempunyai karakteristik yang khas yaitu nilai echo reflektivitas menurun seiring menjauhi pusat erupsi.
UJI AKURASI PRODUK ESTIMASI CURAH HUJAN SATELIT GPM IMERG DI SURABAYA, INDONESIA Mukhamad Adib Azka; Prabu Aditya Sugianto; Andreas Kurniawan Silitonga; Imma Redha Nugraheni
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 19 No. 2 (2018): December 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3153

Abstract

Curah hujan merupakan parameter meteorologi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Saat ini, pengamatan secara in situ sangat kurang representatif untuk digunakan sebagai analisis karena jangkauannya yang sangat sempit sehingga memerlukan instrumen pendukung seperti satelit agar dapat memberikan gambaran yang lebih baik terkait distribusi hujan. Namun, data satelit juga belum tentu sepenuhnya benar karena resolusi dan kondisi dari setiap wilayah berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai akurasi, bias, korelasi, root mean square error (RMSE), dan mean absolute error (MAE) data estimasi curah hujan GPM IMERG dengan data curah hujan pengamatan langsung. Penelitian ini dilakukkan di Surabaya dengan menggunakan data estimasi curah hujan GPM IMERG dan data curah hujan pengamatan langsung dari Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya selama tahun 2017 mewakili musim hujan, musim kemarau, dan periode transisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data curah hujan produk GPM IMERG memiliki korelasi yang sangat baik untuk memperkirakan akumulasi curah hujan bulanan. Sedangkan, untuk akumulasi harian, memiliki korelasi yang sangat rendah. Sementara itu untuk akumulasi sepuluh harian, data curah hujan produk satelit GPM IMERG memiliki korelasi yang baik terutama di periode musim hujan dan musim kemarau, akan tetapi memiliki korelasi yang rendah selama periode transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Pada umumnya, produk ini sangat bagus dalam menentukan ada atau tidaknya hujan, tetapi performanya sangat rendah dalam menentukan besarnya intensitas curah hujan.
KAJIAN INDEKS STABILITAS ATMOSTER TERHADAP KEJADIAN HUJAN LEBAT DI WILAYAH BOGOR Lu'lu Nuthmainati Fu'adah; Agustina Dwi Putri Ariyanto; Hilmi Hasani Samsuri; Imma Redha Nugraheni
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.896 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v3i0.28538

Abstract

Abstract: Heavy rain is the weather phenomena that could pose a risk to human life such as floods. Heavy rains caused by atmospheric instability. To find stable or unstable in the atmospheric condition can use the air stability index analysis. Analyzing the stability index of air can help predict the chances of heavy rain. In case of occurrence of heavy rain in the area of Bogor on 9,10 and 11 November 2018, viewed of index SI, LI, SWEAT, CAPE on the lowest value. The expected conclusion is that there is a relation between rainfall data and stability index. Himawari-8 satellite image from monitoring at the time of the scene showed a thick cloud cover in the area of Bogor during rain events.Abstrak: Hujan lebat merupakan fenomena cuaca yang dapat menimbulkan resiko bagi kehidupan manusia seperti banjir. Hujan lebat disebabkan oleh ketidakstabilan atmosfer. Untuk mengetahui stabil atau labilnya kondisi atmosfer dapat menggunakan cara analisis indeks stabilitas udara. Menganalisis indeks stabiltas udara dapat membantu dalam memprediksi peluang terjadinya hujan lebat. Dalam kasus kejadian hujan di wilayah Bogor pada tanggal 9, 10, dan 11 bulan November 2018 dilihat dari indeks SSI, LI, SWEAT, CAPE pada saat kondisi terendah, pada umumnya kondisi atmosfer menengah stabil. Walaupun dalam beberapa kejadian nilai SSI menunjukan kondisi atmosfer menengah stabil dan CAPE berada pada nilai potensi konvektif lemah. Dari pantauan citra satelit Himawari-8 pada saat kejadian menunjukkan tutupan awan tebal di wilayah Bogor pada waktu kejadian hujan.
Survei Penempatan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Di Tanah Laut Berdasarkan Citra Radar Banjarmasin Hanif Kurniadi; Arifah Dwi Yuliani; Ismah Atikah Khairunnisa; Syadza Siskayani Putri; Eko Wardoyo; Imma Redha Nugraheni
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1579.24 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35920

Abstract

Abstract: Indonesia's electricity consumption has increased every year. One way to overcome this problem is by utilizing renewable energy sources such as wind. Utilization of this energy uses wind turbines installed at locations that have met the requirements. Therefore, information on wind conditions in several layers is required by using radar products such as CAPPI, PPI, and HWIND which are processed using Rainbow 5 software and then interpreted in a daily wind speed graph. Data obtained from radar imagery of Syamsudin Noor Meteorological Station-Banjarmasin. And to determine the boundary conditions of the wind layer is determined according to the length of the turbine blades to calculate the minimum wind speed needed to drive the turbine blades. The results of this study show that wind conditions in layers of 100 to 600 meters tend to be the same, making it difficult to determine the maximum height of the wind layer and from 7 days of the observation sample, it is found that some average wind speeds per day are 4.076923 m / s, 4.777778 m / s, 4.393939 m / s, 0.75 m / s, 0.72973 m / s, 3.678571 m / s, and 1.4375 m / s, which are known to have not met the minimum wind speed requirements for wind farm (PLTB) to produce optimal energy.Abstrak: Konsumsi listrik Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu untuk mengatasi masalah tersebut dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti angin. Pemanfaatan energi ini menggunakan turbin angin yang dipasang pada lokasi yang telah memenuhi syarat. Karena itu, diperlukan informasi kondisi angin dibeberapa lapisan dengan menggunakan produk radar seperti CAPPI, PPI, dan HWIND yang diolah menggunakan perangkat lunak Rainbow 5 lalu diintrepretasikan dalam grafik kecepatan angin harian. Data diperoleh dari citra radar Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor-Banjarmasin. Dan untuk menentukan kondisi batas lapisan angin ditentukan sesuai panjang dari baling-baling turbin untuk memperhitungkan kecepatan angin minimal yang diperlukan untuk menggerakkan baling-baling turbin. Hasil penelitian ini memperlihatkan kondisi angin di lapisan 100 hingga 600 meter cenderung sama, sehingga sulit untuk menentukan ketinggian lapisan angin maksimum dan dari 7 hari sebagai sampel pengamatan didapatkan beberapa kecepatan angin rata-rata perhari antara lain 4.076923 m/s,  4.777778 m/s,  4.393939 m/s, 0,75 m/s, 0.72973 m/s, 3.678571 m/s, dan 1.4375 m/s yang diketahui belum memenuhi persyaratan kecepatan angin minimum yang diperlukan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) untuk menghasilkan energi yang optimal.
Analisis Korelasi Suhu Muka Laut dan Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Kendari Tahun 2005 – 2014 Rizka Erwin Lestari; Ambinari Rachmi Putri; Imma Redha Nugraheni
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2017: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2017
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1268.777 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v2i0.16394

Abstract

Abstract:. Sea surface temperature is one of many factors influencing with the weather pattern in Indonesia. This is caused by evaporation process which in turn is influenced by sea surface temperature then it will form a cloud and trigger to rainfall in the land. Additionally, it needs to be known that rainfall can affect to human activities especially in the agriculture sector. The correlation between rainfall and global sea surface temperature has been researched but the researchers have not taken into consideration yet for local sea surface temperature. Because of that, it needs to research about the correlation between rainfall and local sea surface temperature. In this paper, it uses rainfall data for synoptic observation in Maritime Meteorological Station of Kendari 2005 – 2014 and sea surface temperature data of NOAA. The analyzing used is pearson correlation analyzing to determine correlation coefficient value with lag time 1 month and hypothesis testing. Besides that, the researcher sets groups of domain sample to 8 grids. From the result of data processing, it shows that there is correlation between sea surface temperature and rainfall in Maritime Meteorological Station of Kendari. The strongest correlation happens in grid 6 (120°22’30’’ E - 130°7’30’’ E / 9°52’30’’ S - 5°7’30’’ S) and grid 8 (120°22’30’’ E - 130°7’30’’ E / 4°52’30’’ S - 0°7’30’’ S). Correlation sea surface temperature with a lag time of 1 month shows higher correlation than without lag time. According to this result, rainfall prediction in Maritime Meteorological Station of Kendari can involve sea surface temperature in grid 6 and 8 with a lag time of 1 month. Abstrak: Suhu muka laut merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap pola cuaca di Indonesia. Hal ini disebabkan karena suhu muka laut berperan penting dalam proses penguapan sehingga mempengaruhi pembentukan awan dan selanjutnya mempengaruhi curah hujan. Pada sisi lain, diketahui bahwa curah hujan berpengaruh terhadap kehidupan manusia seperti contohnya pada sektor pertanian. Hubungan antara curah hujan dengan suhu muka laut global telah banyak diteliti, tetapi untuk suhu muka laut lokal belum banyak diperhitungkan oleh para peneliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian tentang hubungan curah hujan dan suhu muka laut disekitar wilayah yang menjadi sampel . Adapun data yang digunakan pada kajian ini adalah data curah hujan Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Kendari tahun 2005 – 2014 dan data suhu muka laut dari NOAA. Analisis yang dilakukan adalah analisis korelasi pearson untuk menentukan nilai koefisien korelasi dengan lag waktu 1 bulan dan uji hipotesis. Selain itu peneliti mengelompokkan wilayah menjadi 8 grid. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu muka laut dan curah hujan di Stasiun Meteorologi Kelas II Kendari. Korelasi terkuat terjadi pada suhu muka laut di wilayah grid 6 (120°22’30’’ BT - 130°7’30’’ BT / 9°52’30’’ LS - 5°7’30’’ LS) dan grid 8 (120°22’30’’ BT - 130°7’30’’ BT / 4°52’30’’ LS - 0°7’30’’ LS). Korelasi suhu muka laut dengan lag 1 bulan menunjukkan nilai yang lebih besar daripada korelasi tanpa lag waktu. Sehingga dalam menentukan curah hujan di wilayah Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Kendari dapat melibatkan unsur suhu muka laut pada grid 6 dan 8 dengan lag waktu 1 bulan.
Estimasi Curah Hujan Radar Cuaca Dengan Hubungan Z-R Berbeda Pada Tipe Awan Hujan Konvektif Dan Stratiform Di Lampung Lilik Ardiyanto; Anggi M. Hanif; Muhammad Alfaridzi; Sony Ariwibowo; Eko Wardoyo; Imma Redha Nugraheni
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1382.143 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35912

Abstract

Abstract: Weather radar is used to cover the lack of measurement due to the precision of the amount of rainfall gauges. Products on the weather radar produce reflectivity data (Z), so to get rainfall estimation data processing is required with the reflectivity (Z) and rain rate (R) or Z-R relationships. The Z-R relationship can be different in every condition. One of the influences is the type of rain clouds, namely convective and stratiform. This study aims to determine the relationship of Z-R and radar products that are more suitable for use in Lampung. The study was conducted by classifying the type of rain cloud based on rain rate, then produced CMAX, CAPPI, SRI and RIH radar products at the time of the rain. Next, a comparison of rainfall events from convective and stratiform rain cloud types from actual rain events to radar estimation results using the Z-R relationship from Marshall-Palmer, Rosenfeld Tropical and WSR-88D Convective. The results show that SRI products are most suitable for the case of rain from convective clouds, while CMAX products are more suitable for stratiform rain cloud types. Then it can be seen that there are different uses of Z-R relationships in different types of rain clouds. Convective cloud type is more suitable to use the Z-R WSR-88D Convective (W-C) and Marshall Palmer (M-P) relationship is more suitable for stratiform cloud type.Abstrak: Radar cuaca digunakan untuk menutupi kekurangan pengukuran karena ketebatasan jumlah alat pengukur curah hujan. Produk pada radar cuaca menghasilkan data reflektivitas (Z), sehingga untuk mendapatkan data estimasi curah hujan diperlukan pengolahan dengan hubungan reflektivitas (Z) dan rain rate (R) atau hubungan Z-R yang dapat berbeda pada setiap kondisi. Salah satu yang mempengaruhi adalah tipe awan hujan yaitu konvektif dan stratiform. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Z-R dan produk radar yang lebih cocok digunakan pada daerah Lampung. Penelitian dilakukan dengan mengklasifikasikan tipe awan hujan berdasarkan rain rate, kemudian dihasilkan produk-produk radar CMAX, CAPPI, SRI dan RIH. Selanjutnya dilakukan perbandingan kejadian hujan sebenarnya dari tipe awan konvektif dan stratiform dengan hasil estimasi radar dengan menggunakan hubungan Z-R dari Marshall-Palmer, Rosenfeld Tropical dan WSR-88D Convective. Hasil penelitian menunjukkan produk SRI paling cocok digunakan untuk kasus hujan dari awan konvektif, sedangkan produk CMAX lebih cocok untuk tipe awan stratiform. Diketahui bahwa terdapat penggunaan hubungan Z-R berbeda pada tipe awan hujan yang berbeda. Untuk tipe awan konvektif lebih cocok menggunakan hubungan Z-R WSR-88D Convective (W-C) dan Marshall Palmer (M-P) lebih cocok untuk tipe awan stratiform.