Artikel ini membahas peran Kwandang sebagai pusat perdagangan dan pertambangan pada masa kolonial Belanda antara tahun 1870 hingga 1891. Terletak di pesisir utara Gorontalo, Kwandang memiliki posisi strategis yang menghubungkan Pulau Sulawesi dengan Maluku, menjadikannya jalur utama dalam perdagangan rempah-rempah dan eksploitasi sumber daya alam, terutama emas. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi untuk menganalisis dokumen arsip, laporan perdagangan, serta catatan perjalanan yang menggambarkan peran Kwandang dalam jaringan perdagangan kolonial. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menganalisis arsip kolonial, laporan dagang, dan catatan perjalanan Belanda untuk menggambarkan aktivitas perdagangan dan pertambangan di Kwandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kwandang menjadi pusat penting dalam perdagangan rempah-rempah, emas, damar, dan rotan, yang melibatkan pedagang dari berbagai wilayah seperti Bugis, Makassar, dan Cina. Eksploitasi sumber daya alam di wilayah ini didorong oleh kebijakan kolonial Belanda yang juga membangun infrastruktur seperti benteng untuk mengawasi aktivitas ekonomi. Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa Kwandang berperan signifikan dalam perkembangan ekonomi dan sosial Gorontalo pada masa kolonial serta menjadi bagian penting dalam dinamika kolonialisme di Indonesia.
Copyrights © 2024