Pada daerah Jarit sampai Puger terdapat keberadaan pasar dan kegiatan lokal aktifitas masyarakat sekitar sehingga menyebabkan terjadinya hambatan di sepanjang jalan tersebut yang mengakibatkan menurunya kecepatan kendaraan yang melintasi jalan tersebut, yang mempengaruhi pada waktu tempuh kendaraan yang semakin lama dan peningkatan konsumsi BBM. Tahapan metode penelitian yaitu dimulai dengan menghitung volume lalu lintas di lapangan. Dari hasil pehitungan volume tersebut dicari volume puncak, dan juga mencari kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas. Setelah itu menghitung BOK dengan metode Moving Car Observer (MCO). Metode MCO ini dimulai dengan mengobservasi kerdaraan yang melewati Jalur Lintas Selatan (JLS), jalan eksisting 1 dan jalan eksisting 2. Berdasarkan 1. Dari hasil analisis dan perhitungan volume kendaraan, didapatkan nilai derajat kejenuhan (DS) kondisi Jalur Lintas Selatan (JLS) sebesar 0,21; jalan eksisting 1 pada segmen 1 sebesar 0,82 , segmen 2 sebesar 0,59 , segmen 3 sebesar 0,82; jalan eksisting 2 pada segmen 1 sebesar 0,82 , segmen 2 sebesar 0,58 , segmen 3 sebesar 0,84 , segmen 4 sebesar 0,28 ,dan segmen 5 sebesar 0,21. Perbandingan BOK Jalur Lintas Selatan (JLS) lebih ekonomis bila dibandingan jalan eksisting 1 dan jalan eksisting 2. Dimana nilai BOK yang melewati Jalur Lintas Selatan (JLS) pada kendaraan mobil penumpang (LV) sebesar Rp 3.576,89 dan untuk jalan eksiting 1 sebesar Rp 3.576,89 untuk jalan eksisting 2 sebesar Rp 3.576,90 . Pada kendaraan berat menengah (HV) sebesar Rp7.646,09 dan untuk jalan eksiting 1 sebesar Rp7.806,23 untuk jalan eksisting 2 sebesar Rp 7.856,35 Pada kendaraan bus besar (LT) sebesar Rp 8.388,39 dan untuk jalan eksiting 1 sebesar Rp 8.550,63 untuk jalan eksisting 2 sebesar Rp 8.601,11
Copyrights © 2024