Indonesia dikenal dengan keaneka ragam tanamannya yang sangat luas, dengan Vanili sebagai salah satu komoditas unggulannya. Namun, budidaya Vanili jarang diketahui oleh sebagian besar orang Indonesia karena kemundurannya dari masa jaya dan masuk daftar hitam pasar internasional selama 11 tahun karena faktor kualitas dan kecurangannya. Terlepas dari kemunduran ini, Vanili ditemukan hidup subur di daerah perkotaan yang panas dan padat penduduk di Kelurahan Gayungan, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya yang menjadi potensi langka. Berdasarkan analisis dan urgensi tersebut, motion graphic dirancang untuk mensosialisasikan dan mengenalkan budidaya Vanili sebagai bentuk pemanfaatan keterbatasan lahan yang ada di daerah perkotaan. Observasi, wawancara, dan studi literatur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, yang kemudian dianalisis menggunakan teknik oleh Miles & Huberman (1984) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Metode perancangan yang digunakan adalah design thinking oleh Stanford dengan empathize, define, ideate, prototype, dan test sebagai tahapannya. Metode ini juga termasuk dalam tahapan motion graphic yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Motion graphic menggunakan ilustrasi vector semi-3D dengan tahapan thumbnail, tight tissue, dan final design. Motion graphic yang dirancang berhasil menarik minat target audiens untuk membudidayakan Vanili, bahkan di lahan perkotaan yang terbatas. Kata Kunci: Motion Graphic, Vanili, Daerah Perkotaan, Budidaya
Copyrights © 2024