Latar Belakang : Penggunaan dan penyimpanan obat di rumah masih menjadi masalah akibat kurangnya pemahaman. Menurut Kemenkes RI (2013), 35,2% rumah tangga menyimpan obat, sebagian besar obat sisa. Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat 82-85% keluarga di Jakarta dan Yogyakarta menyimpan obat, namun 30% tidak mengelolanya dengan baik. Obat racikan non-steril memiliki batas penggunaan (Beyond Use Date/BUD) yang berbeda dari tanggal kedaluwarsa. Studi di Puskesmas Sewon 1 Bantul menunjukkan 9,9% pasien menerima terapi obat racikan.Tujuan : Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi dengan perilaku menyimpan obat racikan non steril oleh pasien.Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 80 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji korelasi gamma dan chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p=0,003) dan tingkat pendidikan (p=0,000) dengan perilaku menyimpan obat racikan non-steril (p<0,05). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, status pekerjaan, dan status jaminan kesehatan dengan perilaku menyimpan obat racikan non-steril (p>0,05).Kesimpulan: Faktor usia dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kebiasaan pasien dalam menyimpan obat racikan non-steril. Oleh karena itu, diperlukan edukasi lebih lanjut mengenai cara penyimpanan obat yang benar agar kualitas dan efektivitas obat tetap terjaga. Kata Kunci : BUD, racikan, non steril, sosiodemografi, perilaku
Copyrights © 2025