Masa remaja adalah masa yang rentan, dan pada masa ini remaja banyak mengalami kecemasan dalam pencarian jati dirinya. Pada masa remaja diperlukan peran dukungan keluarga yang besar, agar remaja dapat melewati tahap perkembangannya dengan baik. Salah satu penyebab kecemasan adalah fungsi keluarga yang kurang berjalan dengan baik. Keberfungsian keluarga adalah kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan anggotanya dengan mengatasi masalah, tekanan, dan mendukung satu sama lain. Untuk meminimalisasi terjadinya kecemasan yang tinggi akibat keberfungsian keluarga belum optimal, maka individu membutuhkan regulasi emosi sebagai protective factor. Regulasi emosi adalah cara individu mengelola perasaan saat dihadapkan pada ketegangan dalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap kecemasan yang dimoderasi oleh regulasi emosi. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik non-probability sampling dengan jenis purposive sampling. Partisipan penelitian berjumlah 390 individu yang berumur 17-27 tahun. Kuesioner diisi oleh partisipan secara daring dan berisikan tiga alat ukur, yaitu alat ukur Generalized Anxiety Disorder (GAD-7) untuk mengukur kecemasan, Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale II (FACES II) dan Family Communication Scale (FCS) untuk mengukur fungsi keluarga, dan Emotion regulation Questionnaire (ERQ) untuk mengukur regulasi emosi. Olah data dilakukan dengan SPSS ver. 27, dan Process Marco Model 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emotion regulation pada dimensi reappraisal yang tinggi (effect=-0.139, p=0.002) dan dimensi suppression yang rendah (effect=-0.191, p=0.000) dapat menjadi moderator dalam hubungan family functioning dimensi kohesi. Dengan demikian, emotion regulation dapat menjadi protective factor untuk meminimalkan individu mengalami anxiety di tengah family functioning yang rendah.
Copyrights © 2025