Pendahuluan: Prevalensi psoriasis dilaporkan meningkat pada pasien sindrom imunodefisiensi akuisita (SIDA). Tata laksana psoriasis vulgaris berat pada pasien SIDA merupakan tantangan tersendiri karena dibutuhkan pertimbangan terapi yang selektif untuk meminimalkan efek samping terutama pada kondisi imunokompromais. Pada kasus, dilaporkan resolusi komplit psoriasis vulgaris berat pada pasien SIDA. Laporan kasus: Seorang laki-laki 37 tahun mengeluh bercak merah bersisik tebal pada skalp, wajah, badan, dan kedua ekstremitas yang dirasakan memberat sejak 3 bulan lalu. Pasien memiliki riwayat SIDA namun putus obat. Pada regio skalp, wajah, badan, dan ekstremitas ditemukan plak eritematosa, multipel, skuama putih kering kasar berlapis, body surface area 46,5%, skor psoriasis area severity index 39,6. Pasien diberikan fototerapi narrowband UV-B (NB-UVB), obat anti retroviral (ARV), terapi topikal, serta tata laksana multidisiplin. Diskusi: Terdapat perbedaan alur tata laksana psoriasis vulgaris berat pada pasien SIDA. Lini pertama, penggunaan ARV, fototerapi, terapi topikal dengan keterlibatan multidisiplin. Lini kedua retinoid oral dan bila recalcitrant baru dipertimbangkan pemberian obat non biologik atau obat biologik secara hati-hati. Kesimpulan: Pemilihan tata laksana psoriasis vulgaris berat pada pasien SIDA memiliki alur berbeda karena harus sangat selektif dengan pertimbangan risiko dan manfaat yang sesuai. Terapi kombinasi fototerapi NB-UVB, terapi topikal, obat ARV, dan kerja sama multidisiplin memberikan resolusi komplit.
Copyrights © 2025