Pengucapan masih menjadi tantangan penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (EFL), khususnya yang menyangkut artikulasi bunyi konsonan yang tidak ada dalam bahasa ibu pembelajar. Studi ini melakukan tinjauan pustaka deskriptif untuk mengeksplorasi kesulitan pengucapan umum di antara pembelajar EFL, dengan fokus pada konsonan bahasa Inggris seperti /θ/, /ð/, /ʃ/, /ʒ/, /v/, dan gugus konsonan. Mengacu pada sepuluh artikel jurnal yang ditinjau sejawat dan tiga buku akademis yang diterbitkan antara tahun 2010 dan 2024, tinjauan tersebut mengidentifikasi pola yang konsisten dari interferensi bahasa pertama (L1), ketidakakraban artikulasi, dan kesadaran fonologis yang tidak memadai sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap kesalahan pengucapan. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa pembelajar dari berbagai latar belakang linguistik—termasuk mereka yang berasal dari Indonesia, Timur Tengah, dan Asia Tenggara—sering kali mengganti bunyi bahasa Inggris yang tidak dikenal dengan padanan asli atau menyederhanakan struktur yang rumit. Selain itu, pelatihan fonetik yang terbatas dan kurangnya instruksi pengucapan yang eksplisit di kelas semakin menghambat kemampuan pembelajar untuk menghasilkan bunyi bahasa Inggris yang akurat. Studi ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan fonetik artikulatoris, analisis kontrastif, dan praktik interaktif ke dalam instruksi pelafalan. Studi ini diakhiri dengan merekomendasikan pendekatan yang lebih sistematis dan berpusat pada siswa untuk mengajarkan pelafalan, dengan menekankan penggunaan teori fonologis, perangkat teknologi, dan tugas komunikatif untuk meningkatkan kejelasan dan kepercayaan diri siswa dalam bahasa Inggris lisan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025