Pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945) memaksakan ritual seikerei membungkuk 90° menghadap matahari terbit untuk menghormati Kaisar Hirohito yang bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam. Penelitian ini bertujuan menganalisis alasan teologis dan sosiologis KH. M. Hasyim Asy’ari dalam menolak seikerei serta signifikansinya bagi konteks kontemporer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka dan kerangka sosio-historis serta filosofis, data dikumpulkan melalui studi dokumentasi dan dianalisis dengan analisis isi dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penolakan Asy’ari didasari oleh teologi Asy’ariyah yang menegaskan tawḥīd dan menolak praktik yang menyerupai penyembahan selain Allah. Secara sosiologis, kedudukannya sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama memberinya kemampuan untuk memobilisasi resistensi kolektif, sesuai teori strukturasi Giddens: Asy’ari mampu mereproduksi struktur nilai Islam di tengah dominasi kolonial. Temuan mengungkap bahwa sikap Asy’ari memperkuat identitas Muslim dan kebebasan beragama di tengah hegemoni, serta memperlihatkan cara doktrin teologis dan agen sosial berinteraksi dalam perjuangan anti-kolonial. Implikasi penelitian menunjukkan relevansi model Asy’ari dalam mempertahankan kemurnian akidah di tengah tekanan ideologis modern
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025