Pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memberikan akses pendidikan yang merata kepada semua anak. Salah satu wilayah yang mengalami masalah ini adalah Pulau Sapuli, sebuah wilayah marginal yang jauh dari perkotaan. Di desa Mattiro Baji, Pulau Sapuli, terdapat 143 anak usia sekolah dari total populasi 1.574 jiwa angka ini merupakan angka tertinggti kedua, namun banyak anak nelayan di sana yang mengalami putus sekolah. Masyarakat setempat cenderung menganggap bahwa menjadi nelayan adalah pilihan yang lebih baik daripada melanjutkan pendidikan formal. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan sebuah program pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan untuk membangun dan mengembangkan budaya literasi dan kreativitas anak-anak putus sekolah melalui pendekatan SMART Learning (Sustainability, Morality, Active, Rational, Tangible). Program ini difokuskan pada penanganan masalah yang dihadapi oleh anak-anak nelayan yang putus sekolah di Pulau Sapuli. Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan literasi dan numerasi anak nelayan putus sekolah di Pulau Sapuli. Sebelum mengikuti program, sekitar 50% anak tidak bisa membaca sama sekali. Namun, setelah mengikuti program ini, 100% anak sudah bisa mengenal huruf dan 60% anak sudah bisa membaca. Selain itu, dalam kemampuan numerasi, sebelum mengikuti program, hanya sekitar 30% anak yang bisa mengenal angka. Setelah mengikuti program ini, 100% peserta sudah bisa berhitung dan 50% peserta sudah bisa mengoperasikan bilangan tingkat mudah. Program ini memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak nelayan putus sekolah di Pulau Sapuli. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan SMART Learning dalam membangun budaya literasi dan kreativitas sebagai upaya untuk memberikan kesempatan yang lebih baik bagi anak-anak yang tidak mendapatkan akses pendidikan formal.
Copyrights © 2025