Penelitian ini menganalisis fenomena Takjil War di media sosial sebagai representasi budaya populer serta perannya dalam memperkuat integrasi sosial dan toleransi beragama melalui perspektif interaksionisme simbolik. Kajian ini mengeksplorasi karakteristik budaya populer dalam Takjil War, termasuk tren, keseragaman bentuk, adaptabilitas, durabilitas, dan komodifikasi. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengamati interaksi digital pengguna media sosial—melalui komentar, unggahan, dan partisipasi lainnya—untuk memahami dinamika simbolik yang terbentuk dalam ruang digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Takjil War merupakan fenomena budaya populer yang memanfaatkan momentum Ramadan untuk membangun narasi kebersamaan. Keseragaman bentuknya tampak pada penggunaan tagar, visualisasi makanan, dan cerita solidaritas yang viral. Adaptabilitasnya tercermin dalam kemampuannya menyerap nilai-nilai lintas budaya, sementara durabilitasnya bersifat musiman tetapi memiliki potensi untuk terus berulang di tahun-tahun mendatang. Komodifikasi fenomena ini terlihat dari monetisasi interaksi digital yang meningkatkan visibilitas konten. Dalam perspektif interaksionisme simbolik (Blumer, 1969) dan kajian budaya (Hall, 1997; Storey, 2018), Takjil War tidak hanya merefleksikan budaya populer tetapi juga berfungsi sebagai ruang simbolik yang mendukung integrasi sosial. Fenomena ini menegaskan peran media sosial sebagai platform budaya yang memfasilitasi dialog lintas identitas dalam masyarakat multikultural.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025