Proporsi cedera patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas meningkat di seluruh dunia, dan patah tulang tertutup adalah salah satunya. Lingkungan sekolah merupakan tempat dengan risiko tinggi terjadinya cedera patah tulang tertutup yang sebagian besar terjadi karena cedera atau benturan keras, seperti kecelakaan, olahraga, atau karena jatuh. Hal ini membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat. Pentingnya pemahaman penolong dan penanganan yang baik maka perlu adanya pelatihan keterampilan tentang pertolongan penanganan patah tulang tertutup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan setelah diberikan video dan demonstrasi terhadap keterampilan penanganan fraktur tertutup pada siswa di sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperiment dengan rancangan Posttest-Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 1 Ngemplak Boyolali, Indonesia. Pengambilan sampel dengan simple random sampling mendapatkan 88 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 44 responden kelompok intervensi dan 44 responden kelompok kontrol. Analisis bivariat menggunakan uji Mann-Whitney. Setelah diberikan edukasi dengan demonstrasi, keterampilan kelompok demosntrasi memiliki nilai maksimum 98 (2,3%) dan minimum 64 (4,5%), sedangkan kelompok videol memiliki nilai maksimum 79 (6,8%) dan minimum 52 (2,3%). Uji Mann-Whitney terhadap tingkat keterampilan penanganan fraktur tertutup pada kelompok demonstrasi dan kelompok video menunjukkan nilai p-velue sebesar 0,000 (P-velue < 0,05). terdapat perbedaan pengaruh video dan demonstrasi terhadap keterampilan penanganan fraktur tertutup pada siswa SMA.
Copyrights © 2025