Degradasi lingkungan akibat peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor ketenagalistrikan merupakan tantangan besar bagi Indonesia, terutama dengan pertumbuhan kebutuhan listrik yang berkelanjutan. Pemilihan pembangkit listrik yang efisien biaya produksi menjadi krusial. Penelitian ini menganalisis upaya dekarbonisasi di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan, mengevaluasi dampak penurunan Emisi Karbon dan Implikasi Ekonomi- Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik (BPP). Penelitian ini menganalisa 2 skenario utama dibandingkan dengan operasi Business as Usual (BaU) seperti yang tercantum pada RUPTL (2021-2030): (i) Substitusi Bahan Bakar/Co-Firing dan EBT (Moderat) dan (ii) Implementasi Co-Firing, EBT dan Carbon Capture & Storage (CCS) pada Pembangkit Fosil (Ekstrem). Analisis dilakukan pada periode 2022-2030, dengan penambahan pembangkit yang konsisten berdasarkan RUPTL 2021-2030. Hasil menunjukkan bahwa pada tahun 2030, skenario Moderat dan Ekstrem dapat menurunkan emisi masing- masing sebesar 26,4% dan 56,67% dari BaU; 15,3 Juta Ton.CO2. Implementasi CCSU pada PLTU dan PLTGU memungkinkan penurunan Emisi CO2 hingga 86. Temuan ini penting sebagai pertimbangan untuk mencapai target penurunan emisi GRK Nasional Indonesia.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025