Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui pola aktivisme Gerakan sosial organik Save Meratus sebagai Gerakan Moral di Kalimantan Selatan. Gerakan ini muncul sebagai respon dari menurunya jumlah hutan meratus dan semakin maraknya tukar guling lahan dengan Perusahaan tambang. Gerakan sosial save meratus merupakan Gerakan sosial organik dilihat dari karaktertisik dan pola aktivisme. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dengan beberapa narasumber, observasi ke media sosial, dan studi dokumentasi. Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa pola aktivisme Gerakan Save Meratus dilakukan dengan tiga bentuk pola aktivisme yakni Pola aktivisme kolektif (luring) dengan bentuk melakukan advokasi, sosialisai dan aksi. Pola aktivisme konektif dengan bentuk melakukan kampanye, framing di media sosial dalam rangka untuk mendapatkan simpatisan dan memperluas jaringan Gerakan. Pola aktivisme hybrid, pola ini merupakan pola perpaduan atau alternatif antara pola kolektif dan konektif. Penelitian ini sangat perlu sebagai bagian dari bentuk perlawanan warga negara dan wujud gerakan moral lingkungan terhadap kebijakan yang dirasa merugikan masyarakat khususnya masyarakat atau warga negara yang tinggal disekitar hutan meratus.
Copyrights © 2025