Tari tradisional Indonesia merupakan bentuk ekspresi budaya yang mengandung nilai historis, spiritual, dan sosial yang mendalam. Namun, dalam era globalisasi dan dominasi budaya populer, terjadi krisis regenerasi yang menyebabkan penurunan minat generasi muda terhadap seni tradisional. Persepsi bahwa tari tradisional bersifat kaku dan membosankan, diperparah oleh pendekatan pendidikan yang kurang inovatif, telah menggeser perhatian remaja ke arah bentuk seni modern yang lebih ekspresif dan digital. Artikel ini membahas tantangan yang dihadapi tari tradisional dalam mempertahankan relevansi kulturalnya serta peluang revitalisasi melalui pemanfaatan teknologi digital. Media sosial, digital storytelling, dan teknologi imersif seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) ditinjau sebagai sarana potensial untuk menghidupkan kembali seni tari dalam format yang lebih menarik dan interaktif bagi generasi muda. Lebih lanjut, dibahas pentingnya pendekatan pendidikan interdisipliner yang mampu menyinergikan tradisi dan inovasi secara seimbang. Temuan menunjukkan bahwa teknologi, bila dimanfaatkan secara strategis, dapat menjadi katalis bagi pelestarian sekaligus transformasi tari tradisional. Dengan menggeser paradigma pendidikan seni ke arah yang lebih kontekstual dan multimodal, tari tradisional berpeluang menjadi ruang kreativitas dan ekspresi budaya yang relevan lintas generasi.Kata kunci: ▪ Globalisasi ▪ Pendidikan seni ▪ Revitalisasi budaya ▪ Tari tradisional ▪ Teknologi digital
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025