Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang sangat krusial dalam mendukung kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan ekonomi masyarakat di perkotaan. DKI Jakarta sebagai kota megapolitan menghadapi tantangan berat dalam penyediaan dan pengelolaan infrastruktur air bersih. Permasalahan utama terletak pada keterbatasan ketersediaan air baku, pencemaran lingkungan, serta keterbatasan cakupan layanan jaringan perpipaan. Sampai tahun 2023, cakupan layanan air bersih melalui jaringan pipa baru mencapai 65,85%, sementara kebutuhan air terus meningkat seiring urbanisasi. Studi ini menganalisis kebijakan pengelolaan infrastruktur air bersih di DKI Jakarta menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada pendekatan Incremental Theory dan pelibatan Public Private Partnership (PPP) sebagai solusi pembiayaan dan pembangunan. Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi kebijakan bertahap dan inovasi teknologi seperti Moving Bed Bio Reactor (MBBR) dan Reverse Osmosis (RO) mampu meningkatkan kualitas serta efisiensi penyediaan air bersih. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta memainkan peran penting, meskipun masih terdapat kendala dalam hal pengawasan dan perlindungan kepentingan publik. Dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan air bersih berkelanjutan. Rekomendasi dalam penelitian ini meliputi percepatan pembangunan infrastruktur, penguatan regulasi, optimalisasi teknologi, serta peningkatan peran masyarakat. Studi ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan air bersih yang lebih adaptif, inovatif, dan inklusif di DKI Jakarta.
Copyrights © 2025