Bromotyrosine urin memiliki banyak keuntungan sebagai biomarker potensial penyakit asma mengingat stabilitasnya dan pengumpulan sampel urin yang bersifat non-invasif. Dalam manajemen tatalaksana asma leukotriene receptor antagonist (LTRA) merupakan obat alternatif lini pertama setelah kortikosteroid inhalasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar bromotyrosine urin dengan terapi montelukast selama 3 bulan. Penelitian ini melibatkan 82 pasien berusia antara 6-65 tahun dari Klinik Harum Melati, Pringsewu dari bulan Mei – Desember 2023. Dilakukan uji spirometri, urin, differential count sebelum dan setelah terapi 3 bulan, diklasifikasikan derajat obstruksi ringan (n= 66) dan sedang-berat (n=6) serta pasien non-asma untuk kontrol (n= 10). Hanya 28 pasien yang datang untuk evaluasi setelah 3 bulan terapi. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok terapi montelukast (n=14), beclometason/formoterol (n=5), dan kombinasi montelukast dan beclometason/formoterol (n=9). Kadar bromotyrosine urin penderita asma secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (154.11 ng/ml vs 11,87 ng/ml, p= 0,000). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar bromotyrosine urin setelah terapi montelukast (104.24 ng/ml vs 40.79 ng/ml, p=0,433) dan setelah terapi beclometason/formoterol (136,25 ng/ml vs 33,20 ng/ml, p= 0,345. Terjadi penurunan kadar bromotyrosine urin yang bermakna pada kelompok setelah terapi kombinasi montelukast dan beclometasone/formoterol (39.63 ng/ml vs 11.13 ng/ml) (95% CI 3.90-42.43, p= 0.028). Hasil penelitian menunjukkan pasien asma memiliki kadar bromotyrosine urin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan non-asma. Kadar bromotyrosine urin menurun secara bermakna setelah terapi kombinasi (montelukast dan beclometason/formoterol) selama 3 bulan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025