Pemanfaatan anthophyta sebagai bahan kosmetik ataupun bahan pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat tentunya menjadi kajian penting dalam etnobotani. Praktik etnobotani telah turun temurun dilakukan oleh masyarakat Desa Gunungsari dan masyarakat Desa Cikunir. Masyarakat dari dua Desa tersebut menggunakan anthophyta sebagai bahan yang digunakan dalam pembuatan minyak candu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan minyak candu serta ragam anthophyta yang digunakan dalam proses pembuatannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa bagian anthophyta yang banyak digunakan untuk minyak candu yaitu bunga, daun, akar dan rimpang. Terdapat tujuh jenis anthophyta yang diklasifikasikan dalam 2 class dan 5 order. Jenis anthophyta tersebut adalah Cananga odorata, Magnolia x alba, Rosa x damascena, Jasminum sambac, Plantago major, Pandanus amaryllifolius, Curcuma longa. Khasiat yang dirasakan oleh responden sebagai pengguna minyak candu adalah 90%-70% sebagai perawatan kulit kering, 80%-70% untuk pijatan, 60%-50% untuk bekas luka, 55%-35% pengobatan kutu air, 40%-20% untuk iritasi kulit, 30%-25% untuk pembengkakan, 30%-15% untuk stretch mark, dan 20%-15% untuk luka bakar. Kesimpulan yang diambil yakni kandungan yang dimiliki oleh setiap anthophyta bahan minyak candu dapat berpotensi untuk mendukung pengobatan permasalahan kulit.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025