Pemahaman tentang gagasan nation dan negeri dalam hal ini bisa ditelusuri dari bagaimana Chairil mendambakan kemerdekaan sebagai sesuatu yang diusahakan, bukan terberi. Untuk bisa membahasakan hasrat tersebut, Chairil menggunakan Diponegoro sebagai subjek dalam puisinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana intensitas imajinasi Chairil berlari di antara realita imperialisme historis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan seluruh teks berupa tanda-tanda linguistik yang tersebar di dalam puisi. Selain itu, kertas kerja ini juga mengusung pendekatan pascakolonialisme. Persoalan pascakolonialisme dengan terang bisa ditemukan melalui pemikiran Upstone yang menjadi landasan pijak dalam penelitian ini. Gagasan Upstone juga diperkuat oleh analisis Edward Said yang juga melihat pertarungan dua kutub antara East dan West. Hasilnya ditemukan bahwa puisi ini mampu mengungkapkan kegelisahan serta cita-cita bernegara seorang Chairil Anwar. Setiap kata dalam puisi ini dipergunakan oleh pengarang untuk menginternalisasi jiwa dan pemikirannya mengenai ketidakadilan dan keterasingan. Dengan begitu kita bisa bermuara pada kesimpulan tentang pertarungan antara Timur dan Barat dalam konsep kolonial yang selama ini tidak disadari.
Copyrights © 2024