Pada tahun 2018, Indonesia memiliki 7,1 juta hektar jaringan irigasi permukaan, di mana sekitar 46% mengalami kerusakan. Kondisi ini menegaskan pentingnya evaluasi terhadap kinerja jaringan irigasi melalui Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) untuk memantau kondisi dan kinerja berbagai komponen sistem. Keterbatasan dana dan waktu menjadi kendala dalam menangani seluruh daerah irigasi secara bersamaan, sehingga diperlukan analisis prioritas pengelolaan menggunakan metode Multiple Attribute Decision Making (MADM). Metode ini memungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan enam parameter kinerja irigasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015, yakni prasarana fisik, produktivitas tanaman, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan kondisi kelembagaan, serta mempertimbangkan biaya berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang disesuaikan dengan harga satuan lokal. Penelitian dilakukan di wilayah Sungai Bondoyudo-Bedadung yang memiliki permasalahan umum seperti kerusakan saluran dan sedimentasi. Lima daerah irigasi yang dianalisis meliputi D.I Bondoyudo, D.I Talang, D.I Jatiroto, D.I Pondok Waluh, dan D.I Bedadung di Kabupaten Jember dan Lumajang, Jawa Timur. Hasil analisis menunjukkan bahwa Daerah Irigasi Jatiroto memperoleh nilai tertinggi dalam penilaian MADM, dengan kebutuhan biaya penanganan sebesar Rp 366.547.520 untuk aspek prasarana fisik.
Copyrights © 2025