Tradisi lisan Nandong saat ini menghadapi tantangan serius dalam kelangsungannya. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya minat generasi muda, khususnya kalangan pelajar SMA, untuk mempelajari dan melestarikan tradisi ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi dinamika tradisi lisan Nandong di Kabupaten Simeulue dengan melacak perkembangan dan perubahannya dari masa ke masa, serta menganalisis relevansi tradisi lisan Nandong terhadap pembelajaran sejarah terintegrasi budaya di Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan metode library research dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan data primer dan skunder. Hasil menunjukan, tradisi ini memiliki keunikan yang terletak pada kemampuannya mengabadikan peristiwa penting seperti bencana tsunami 1907 melalui syair "Smong" yang terbukti efektif sebagai media mitigasi bencana lintas generasi. Seiring perkembangan zaman, Nandong menunjukkan daya adaptasinya dengan menyerap unsur-unsur modern dalam bahasa dan tema, sambil tetap mempertahankan struktur dan nilai-nilai tradisional yang menjadi ciri khasnya. Pengakuan Nandong sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2016 semakin memperkuat posisinya sebagai sumber pembelajaran yang bernilai. Dalam konteks pendidikan sejarah, khususnya untuk materi Pemahaman Sumber Sejarah (kelas X) dan Sejarah Lokal (kelas XI), Nandong menawarkan pendekatan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. Melalui dinamika Nandong, siswa tidak hanya belajar memahami historiografi lisan, tetapi juga mengembangkan perspektif bahwa sejarah merupakan proses dinamis yang terus berkembang.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025