Masalah gizi pada remaja menjadi perhatian penting dalam kesehatan masyarakat, mengingat fase ini merupakan masa pertumbuhan pesat yang memerlukan asupan gizi optimal. Di sisi lain, perubahan pola makan, gaya hidup sedentari, serta kurangnya kesadaran akan kesehatan menyebabkan meningkatnya risiko gizi kurang, obesitas, dan penyakit tidak menular (PTM). Pengukuran antropometri sederhana seperti lingkar lengan atas (LILA), lingkar perut, lingkar panggul, dan rasio pinggang-pinggul (waist-to-hip ratio/WHR) menjadi metode efektif untuk deteksi dini status gizi dan risiko metabolik. Kegiatan dilaksanakan di SMA Tarakanita, Citra Raya, dengan melibatkan 144 siswa sebagai responden. Pengukuran dilakukan secara langsung oleh tim dengan alat pita pengukur. LILA diukur pada lengan nondominan, sedangkan lingkar perut dan panggul diukur sesuai standar WHO. WHR dihitung menggunakan rumus: lingkar pinggang dibagi lingkar panggul. Data dianalisis secara agregat tanpa mencantumkan identitas individu. Sebagian besar responden berusia 16 tahun (55,6%), diikuti usia 15 tahun (42,4%), dan 17 tahun (2,1%) dengan rerata 15,6 tahun. Sebanyak 54,2% adalah perempuan dan 45,8% laki-laki. Rerata LILA adalah 26,58 cm, dengan 4,9% responden memiliki LILA <22 cm. Rerata lingkar perut laki-laki lebih tinggi (83,08 cm) dibanding perempuan (69,52 cm), begitu pula WHR (0,88 vs 0,78), mendekati ambang risiko obesitas sentral. Skrining ini menunjukkan adanya risiko status gizi tidak seimbang pada sebagian remaja. Intervensi lanjutan berupa edukasi gizi, promosi gaya hidup aktif, dan pemantauan rutin sangat disarankan sebagai upaya preventif berbasis sekolah.
Copyrights © 2025