Pelaksanaan kolaborasi Penta Helix dalam penyelenggaraan penyuluhan perikanan melibatkan lima unsur utama, yaitu pemerintah, akademisi, bisnis, masyarakat, dan media. Model kolaboratif ini dipandang penting mengingat tantangan nyata yang dihadapi di lapangan, seperti tekanan politis, intervensi kepentingan lokal, dan lemahnya koordinasi antar pihak terkait. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian mencakup Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung, dengan informan yang dipilih secara purposive. Analisis dilakukan terhadap dimensi kolaborasi, sinergitas pusat dan daerah, serta dimensi kesejahteraan kelompok pelaku usaha perikanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kolaborasi Penta Helix masih menghadapi berbagai hambatan. Pada aspek komitmen, masyarakat sebagai pelaku usaha belum menunjukkan sikap proaktif. Komunikasi antara akademisi dan stakeholder lain masih terbatas. Interaksi antara pelaku usaha dan penyuluh juga belum optimal, seperti halnya keterlibatan media yang masih rendah. Program dan layanan pemerintah masih bersifat top-down dan kurang sesuai dengan kondisi lokal. Namun, pada aspek konteks, pelaksanaan sudah berjalan dengan baik. Dalam hal sinergitas, koordinasi antara pusat dan daerah masih bersifat egosentris dan sektoral, meskipun komunikasi sudah mulai terbentuk meski masih terbatas. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan keterlibatan semua stakeholder dalam pengembangan kebijakan peningkatan sinergitas.
Copyrights © 2025